

Transportasi Global Mulai Menggeliat, Minyak Dunia Menguat
ENERGI June 26, 2020 Editor SitusEnergi 0

Melbourne, SitusEnergy.com
Harga minyak menguat, Jumat pagi, memperpanjang penguatan dari hari sebelumnya. Hal ini terjadi ditengah optimisme tentang pemulihan permintaan bahan bakar di seluruh dunia, meski terjadi lonjakan infeksi virus corona di beberapa negara bagian AS dan indikasi kebangkitan produksi minyak Amerika.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, naik 15 sen, atau 0,4%, menjadi USD38,87 per barel pada pukul 07.09 WIB, tetapi berada di jalur untuk mencatat penurunan, pekan ini, demikian laporan Reuters, di Melbourne, Jumat (26/6/2020).
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent, menguat 22 sen, atau 0,5%, menjadi USD41,27 per barel, tetapi juga menuju penurunan untuk minggu ini.
Analis mengatakan data satelit menunjukkan peningkatan tajam dalam lalu lintas di China, Eropa dan di seluruh Amerika Serikat, menyoroti terjadinya pemulihan permintaan bahan bakar.
Kemacetan di Shanghai dalam beberapa pekan terakhir lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu, sementara di Moskow lalu lintas kembali ke tingkat tahun lalu, menurut data yang diberikan kepada Reuters oleh perusahaan location technology, TomTom.
Namun, sentimen dilemahkan oleh kekhawatiran lonjakan infeksi Covid-19 di beberapa negara bagian AS di sebelah selatan yang dapat menghambat pemulihan permintaan, terutama karena sejumlah negara bagian seperti Florida dan Texas, adalah di antara konsumen bensin terbesar.
“Risiko wabah yang baru bisa menekan pemulihan permintaan,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan.
Prospek peningkatan produksi minyak mentah AS juga membatasi kenaikan pada sesi Jumat.
Survei terhadap eksekutif di wilayah penghasil minyak dan gas utama AS oleh Federal Reserve Bank Dallas menemukan lebih dari sepertiga eksekutif yang memangkas produksi akan melanjutkan beberapa output pada akhir Juni, dan 20% lainnya akan membalikkan penutupan pada Juli.
WTI harus berada di kisaran USD36 dan USD41 per barel untuk memulihkan produksi, hampir sepertiga mengatakan dalam survei itu. Sementara, 27% lainnya mengatakan harga harus berada di antara USD41 dan USD45 per barel. (SNU/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.