Home ENERGI TERBARUKAN Transisi Energi Bisa Berjalan Optimal, Ini Syaratnya
ENERGI TERBARUKAN

Transisi Energi Bisa Berjalan Optimal, Ini Syaratnya

Share
Share

Jakarta, Situsenergi.com

Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengatakan program transisi energi di Indonesia bisa berjalan dengan optimal.

Ketua Umum METI Wiluyo Kusdwiharto menyatakan bahwa program transisi energi bisa dicapai tentunya pelaku usaha di dalam negeri harus terus berinovasi, meningkatkan kolaborasi, serta membutuhkan dukungan pembiayaan dan investor luar negeri.

Maklum, kata dia, pengembangan proyek energi baru terbarukan memerlukan investasi hingga Rp 10.000 triliun.

“Kami juga mohon support-nya dari perusahaan khususnya Direktorat Jenderal EBTKE agar ke depan dapat terus menggelar acara yang jauh lebih besar,” kata dia dikutip Selasa (18/07/2023).

Sementara itu, sejatinya perhatian dunia internasional untuk transisi energi lewat program dekarbonisasi telah dimulai sejak Paris Agreement pada 2015 silam. Emma Rachmawati, Head of Division for Instrument and Information Indonesia FOLU Net-Sink 2030 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehidupan (KLHK) mengatakan, isu dekarbonisasi yang dikaitkan energi berkelanjutan cukup menarik perhatian internasional. Net zero emission (NZE) sejatinya sendiri merujuk pada keputusan Paris Agreement yang kemudian terus berkembang pembahasannya di UnitedNationsClimate Change Conference Glasgow Skotlandia sampai terakhir di At the Sharm el-Sheikh Climate Change Conference (COP 27) di Mesir.

Bahkan, menurut Emma, upaya menurunkan emisi gas rumah kaca termasuk program transisi energi tidak akan bisa diatasi sendiri oleh pemerintah.

Sekarang ini, kata dia, dalam forum tersebut semua negara telah menyadari peran sektor lain selain pemerintah (non-party stakeholder) seperti perusahaan, lembaga penelitian, masyarakat, serta lembaga keuangan untuk berkolaborasi dalam melaksanakan komitmen perubahan iklim secara bersama-sama.

“Saat ini isu perubahan iklim, konsentrasinya sudah mengarah ke sektor energi. kemudian, net zero emission ini akan sangat dibutuhkan oleh negara-negara global, tujuannya untuk memastikan bahwa kenaikan suhu global tetap terjaga di 1,5 derajat celcius di tahun 2100. Bagi seluruh negara untuk mencapai net zero emission adalah bagaimana mengoptimalkan pembangunan berkelanjutan berbasiskan equity dan kemudian juga memperhitungkan poverty eradication (pengentasan kemiskinan),” ujar Emma.(SA/SL)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Indonesia Siap Jadi Pemain Utama dalam Transisi Energi Global

Jakarta, situsenergi.com Indonesia menunjukkan keseriusannya menjadi pemain kunci dalam transisi energi global...

Elnusa Galakkan Konservasi Orangutan untuk Jaga Masa Depan Hutan

Jakarta, situsenergi.com Hutan tropis Kalimantan menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa, termasuk...

Dharma Polimetal Resmikan PLTS 4.850 kWp, Tekan Emisi Ribuan Ton CO2!

Jakarta, Situsenergi.com Siapa sangka perusahaan komponen otomotif bisa jadi pionir energi bersih?...

Saham Melejit 30%! Investasi Pertamina NRE di Filipina Panen Untung Besar

Jakarta, Situsenergi.com Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) kembali mencetak kinerja...