Logo SitusEnergi
Terkait B35, Mestinya Subsidi Hasil Pungutan Sawit Dialokasikan Juga untuk Pertamina Terkait B35, Mestinya Subsidi Hasil Pungutan Sawit Dialokasikan Juga untuk Pertamina
Jakarta, Situsenergi.com PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mengaku harus mengeluarkan dana besar imbas dari implementasi B 35. Mereka mengklaim harus mengeluarkan dana tambahan Rp... Terkait B35, Mestinya Subsidi Hasil Pungutan Sawit Dialokasikan Juga untuk Pertamina

Jakarta, Situsenergi.com

PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mengaku harus mengeluarkan dana besar imbas dari implementasi B 35. Mereka mengklaim harus mengeluarkan dana tambahan Rp 110 untuk setiap liter B35.

Menanggapi hal ini, pengamat ekonomi dari AEPI, Salamuddin Daeng mengatakan mestinya Pertamina tidak perlu merasa berat jika Pemerintah mau mengalihkan sebagian anggaran pungutan sawit itu untuk mengsukseskan program tersebut.

“Anggaran pungutan sawit yang dipungut berdasarkan peraturan menteri keuangan dari hasil ekspor sawit ini setahun bisa mencapai 70 triliun rupiah. Jadi mestinya dana subsidi sawit tersebut juga dialokasikan bagi usaha menstabilkan harga solar campur sawit atau B35 ini,” kata Salamuddin dalam artikelnya yang di rilis di Jakarta, Jumat (03/2/2023).

Menurutnya, jika melihat volume yang dialokasikan untuk biodisel, maka setidaknya sepertiga dari dana hasil pungutan sawit harus diserahkan kepada Pertamina.

Sebagaimana diketahui, minyak sawit untuk kebutuhan pangan hanya sepertiga dari kebutuhan bio diesel B35 yang sekarang dilakukan oleh Pertamina atas kewajiban yang ditatapkan pemerintah.

“Pertamina sendiri membutuhkan banyak angaran untuk mengubah kilang agar aman dimasukkan minyak sawit, dan truk-truk harus dimodifikasi. Yang tidak kalah besar biayanya adalah modifikasi pom bensin agar cocok dimasukkan minyak sawit dan tidak berkarat. Pasalnya, minyak sawit campur solar punya resiko membusuk dan merusak fasilitas pom bensin atau SPBU,” paparnya.

Dengan demikian, kata pria yang juga dikenal sebagai pengamat energi ini, dana subsidi sawit nantinya mestinya harus dialokasikan bagi usaha menstabilkan harga solar campur sawit atau B35 ini.

BACA JUGA   Soal Proyek Gas Masela, Ini Permintaan RI Ke Jepang

Setidaknya, kata dia, dana pungutan sawit yang harus diserahkan kepada Pertamina adalah 35 persen dari 70 triliun rupiah atau sebesar 25 triliun rupiah untuk menjaga stabilitas harga solar subasidi sebanyak 17 juta kilo liter. Mengingat nanti di dalam 17 juta kl ini ada 13,5 juta liter minyak sawit.

“Jadi setiap liter solar campur sawit bisa mendapatkan subsidi 1.500 rupiah. Dengan demikian pengusaha sawit nantinya makin untung karena bisa menggunakan solar subsidi yang selama ini memang banyak digunakan untuk mengangkut sawit dan hasil tambang,” tukasnya.

Namun kata dia, harus dipastikan bahwa pengusaha batubara tidak boleh menggunakan solar subsidi karena tidak ada kontribusinya.

“Nanti kalau proyek gasifikasi batubara sudah jadi maka pengusaha batubara bisa mendapatkan solar subsidi secara resmi dan tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti yang dicurigai oleh pemerintah selama ini,” pungkasnya.

Seperti diketahui, dana anggaran pungutan sawit ini dialokasikan untuk pengusaha sawit dan untuk stabilitas harga minyak goreng dan pangan lainnya yang berbahan sawit.

Walaupun sebenarnya belum pernah terbukti harga pangan berbahan baku sawit ini stabil, namun angarannya disalurkan oleh Badan Pemungut dana kelapa sawit.

Pada kesempatan sebelumnya, Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria mengatakan, Program B35 yang sangat menjadi perhatian Pemerintah, pada dasarnya jangan sampai berdampak memberatkan Pertamina Patra Niaga yang melaksanakan program ini.

BACA JUGA   Sebanyak 10,000 Pertashop Bakal Diasuransikan

Hal ini disampaikan Sofyano menanggapi rencana Pemerintah mengimplementasikan Program B35 Untuk Ketahanan dan Kemandirian Energi Menuju Transisi Energi yang Merata dan Berkeadilan di Jakarta, Selasa (1/1/2023).

“Program Pemerintah ini perlu didukung oleh segenap lapisan masyarakat tetapi jangan malah membuat Badan usaha Patra Niaga menjadi berat dengan peningkatan fame menjadi B35,” katanya.

Menurut Sofyano, solusi lain atas hal ini adalah Pemerintah membebankan kepada pengusaha Fame untuk menutupi beban Pertamina Patra Niaga dalam mengimplementasikan B35 yang terpaksa harus menanggung beban sebesar Rp 110.- untuk setiap Liter B35.

“Artinya pengusaha Fame harusnya bisa saja memberi potongan khusus atas Fame yang mereka jual ke Pertamina Patra Niaga,” kata pengamat energi ini.

Sebelumnya, Direktur Utama PPN Alfian Nasution dalam acara Energy Corner Special B35 Implementation di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian curhat karena harus mengeluarkan dana besar imbas implementasi B35 yakni harus mengeluarkan dana tambahan sebesar Rp110 untuk setiap liter B35. Menurutnya, pembengkakan dana tersebut baru terjadi di program B35.

“Kami minta bantu nih untuk disuarakan ke pemerintah karena ada cost tambahan sekitar Rp 110 per liter untuk mempersiapkan B35 dengan baik, dengan konsep yang aman dan quality control yang baik,” katanya, Selasa lalu.

“Sebelum-sebelumnya tidak ada, B30 kami tidak sesulit ini mempersiapkannya. Tapi B35 ini batas kemampuan injeksi di automation terminal kami harus di-upgrade total,” sambung Alfian.

Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa pembengkakan biaya tersebut disebabkan karena persiapan infrastruktur untuk mendukung implementasi B35, di antaranya blending system melalui pipa yang diklaim paling aman dan terbaik. Alfian menegaskan sistem ini membuat kemungkinan B35 tercampur air sangat minim.

BACA JUGA   Menuju Green Company, PTK Pasang PLTS di Kapal Derek FC Dwipangga
Binis Parasit Solar Campuran Minyak Sawit

“Kendati demikian kami tetap komitmen dalam program B35. Dan sedang mempersiapkan pembangunan tangki berkapasitas 50 ribu KL fatty acid methyl esters (FAME) baru,” tukasnya.

Alfian juga mengatakan bahwa harga B35 yang akan resmi beredar besok di pasaran sama dengan solar subsidi. Saat ini, harga solar subsidi adalah Rp 6.800 per liter.
“Kalau itu (harga B35) kan sama dengan solar biasa. Harganya sama seperti solar subsidi. Sama harganya (di setiap daerah),” pungkasnya.(SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *