

Tanggung Beban USD6,7 Miliar Untuk Cadangan BBM 21 Hari, Pertamina Mengaku Gak Sanggup Tambah Lagi
MIGAS April 7, 2022 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut keuangan Pertamina tidak akan sanggup jika harus menambah cadangan BBM lebih dari 21 hari.
Sebagai gambaran, dengan kekuatan cadangan 21 hari saja saat ini, Pertamina harus menanggung beban sebesar USD6,7 miliar.
“Kalau kami sekarang dengan 21 hari saja dengan harga sekarang, itu bebannya senilai USD6,7 miliar. Jadi untuk memaintenance cadangan 21 hari, cadangan operasinya Pertamina ini dananya, idle money kita harus USD6,7 miliar Ibu/Bapak,” kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (6/4/2022).
Nicke menegaskan, strategic fuel reserve ini memang dikelola oleh negara. Itu sebabnya ia meminta hal tersebut menjadi agenda pembahasan di Komisi VII DPR-RI.
Nicke mengingatkan jika cadangan hari bbm ditambah, maka dihitung saja beban biaya yang akan dikeluarkan BUMN tersebut.
“Kami berhitung,untuk menambahkan ke 30 hari saja itu nambah lagi USD3 miliar. Tidak sanggup kami,” tegas Nicke.
Menurut Nicke, harus ada kebijakan dan alokasi anggaran khusus untuk cadangan strategis yang bisa meningkatkan ketahanan energi nasional.
Sedangkan anggaran yang digunakan oleh Pertamina untuk mengamankan pasokan BBM 21 hari ini itu adalah cadangan operasi.
“Dan menurut kami dengan sistem distribusi yang ada, cadangan operasi yang ada 21 hari, sudah cukup untuk menjaga pasokan bbm dan juga elpiji,” imbuh Nicke.
Nicke juga menyampaikan tentang crack spread, yaitu selisih antara harga crude dengan harga produk.
Menurutnya, dengan kondisi harga Crude Oil saat ini yang begitu tinggi, maka crack spread ini semakin melebar.
“Di masa yang normal crack spread itu berkisar USD6 hingga USD8. Bapak/Ibu hari ini berapa crack spread nya? Pernah mencapai USD51.Jadi artinya, hari ini dan dalam kondisi seperti ini supply demand gasoline dan gasoil ini defisit, maka kebijakan terbaik adalah mengoptimalkan produksi kilang,” tuturnya.
“Karena kita sebetulnya kalau dibandingkan dengan pasar, lebih murah ongkos produksinya. Hari ini yang membuat bbm itu mahal kenapa? Karena 92 persen dari ongkos produksi bbm itu harga crude. Nah harga crude meningkatnya luar biasa. Kalau tahun lalu itu USD60, makanya di APBN kita menetapkan asumsi USD63 per barel. Maka hari ini tadi saya browsing USD118 per barel. Jadi kenaikannya hampir dua kali lipat. Malah tanggal 25 Maret itu naik menjadi USD124 per barel,” ungkap Nicke.
Harga BBM RI Termurah di Dunia
Dalam kesempatan itu Nicke juga menegaskan bahwa BBM Indonesia termasuk yang termurah di dunia. Sebab menurutnya Pemerintah Indonesia memberikan subsidi yang luar biasa besar.
“Kalau kita lihat di UK (Inggris/United Kingdom) senilai Pertamax Turbo (RON 98) itu nilainya setara Rp44.500 per liter. Lihat di negara lain, semua (harga bbm) sudah naik. Di kita (Indonesia) kenaikkan tidak terlalu besar, kenapa ya karena disubsidi. Untuk solar itu per liter disubsidi Rp7.800. Untuk Pertalite,subsidinya itu Rp4.000 sampai Rp4.500 per liter. Pertalite,padahal itu penugasan,” ungkapnya.
“Pertamax, nah ini yang agak..yang menaikkan RON 92 itu bukan Pertamina saja, tapi seluruh perusahaan (kompetitor Pertamina). Di Indonesia, perusahaan lain harganya Rp16.000, Pertamina naiknya Rp12.500, dan untuk itu Pertamina mensubsidi Rp3.500 per liter. Karena kita BUMN. Kita memahami kesulitan masyarakat.Tetapi tidak bisa juga menanggung seluruhnya, karena Pertamina itu Badan Usaha. Semua mengharapkan Pertamina untungkan? Ada dividen. Jadi mohon dipahami,” sambung Nicke.
Nicke pun merasa heran, mengapa perusahaan kompetitor menaikkan harga BBM hingga Rp16.000 per liter tidak ada yang ribut, sedangkan Pertamina yang menaikkan ke level Rp12.500 per liter justru masyarakat ramai memprotes. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.