Suplai Listrik Rendah Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Melambat
ENERGI September 15, 2017 Editor SitusEnergi 0
Jakarta, situsenergy.com
Rendahnya kemampuan suplai listrik akibat infrastruktur/pembangkit listrik yang sangat kurang, menjadi salah satu penyebab mengapa ekonomi Indonesia tidak pernah tumbuh tinggi, apalagi tumbuh dengan double digit.
Hal ini ditegaskan Anggota Komisi VII DPR RI, Kurtubi dalam pesan singkatnya yang diterima Situsenergy.com di Jakarta, Jumat (15/9). “Ini yang menjadi penyebab mengapa ekonomi Indonesia tidak pernah beranjak tinggi,” katanya.
Menurut Kurtubi, hal ini yang menjadi salah satu masalah besar yang menghambat percepatan kemakmuran bangsa dengan penduduk 250 juta ini. “Saat ini infrastruktur listrik kita sangat kurang dan itu yang membuat kemampuan suplai listrik kita di beberapa daerah sangat rendah,” ujarnya.
Ia mengatakan, akibat hal itu pertumbuhan ekonomi negara yang sudah 72 tahun merdeka ini hanya berkisar di angka 4% – 7%, tapi lebih banyak di sekitar 5%. “Akan sulit bagi kita untuk menjadi negara maju jika ekonomi tidak pernah tumbuh tinggi (double digit) seperti di China misalnya atau seperti yang pernah dialami di negara-negara yang kini termasuk negara maju,” ketusnya.
Ia membandingkan China dengan penduduk sekitar 6x penduduk Indonesia tapi memiliki total pembangkit listrik 1.600.000 MW. “Ini sama dengan 28 x total pembangkit listrik kita saat ini yang hanya sekitar 65.000 MW,” tukasnya.
Menurut anggota Fraksi Partai Nasdem yang dulu lebih dikenal sebagai pengamat migas, hal ini yang memotivasi dirinya mendorong untuk melipatgandakan kemampuan supply listrik nasional, dengan berusaha untuk melipatgandakan jumlah atau kapasitas pembangkit listrik nasional, terutama listrik dari energi baru (baca: nuklir) yang hingga kini masih belum juga mulai dibangun meski Bung Karno sejak tahun 1950an sudah mencita-citakannya. “Saya juga mendorong listrik dari energi terbarukan seperti geothermal, surya, angin, biomas, hydro, arus laut,” tukasnya.
Mantan pengajar ekonomi energi pada program Pasca Sarjana FEUI Jakarta ini mengatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) bisa dalam kapasitas besar, listriknya juga stabil dan bersih, sedangkan PLTU batubara juga bisa berkapasitas besar dengan listrik yang juga stabil tapi kurang bersih karena menghasilkan debu juga. “Kalau untuk PLT Surya, angin, biomas, mikro hydro, listriknya juga bersih tapi tidak stabil dan kapasitasnya kecil-kecil,” ujarnya.
“Sedangkan PLT Geothermal listriknya stabil dan bersih dengan kapasitas sedang dan potensinya sangat besar (sekitar 27.000 MW) tapi saat baru sekitar 5% yang dikembangkan termasuk yang ada di NTB (Nusa Tenggara Barat).(adi)
No comments so far.
Be first to leave comment below.