Jakarta, situsenergi.com
Isu mesin motor “brebet” yang ramai di publik sejak pertengahan 2025 memunculkan spekulasi soal dugaan BBM impor bermasalah. Namun, pengamat kebijakan energi Sofyano Zakaria menilai kasus ini jangan buru-buru diseret ke ranah politik.
“Dalam industri migas global, variasi mutu produk bisa terjadi karena perbedaan standar nasional, penyimpanan di kapal, hingga cuaca selama pelayaran. Jadi ini lebih ke persoalan teknis, tidak tepat jika dikatakan sabotase,” jelas Sofyano, Kamis (6/11/2025).
Ia menegaskan, langkah seperti re-blending BBM yang dilakukan badan usaha energi justru menandakan profesionalitas dalam menjaga mutu produk. Menurutnya, Pertamina lebih terkesan diserang pihak tertentu yang telah kehilangan akses di Pertamina saja, ujarnya lebih lanjut.
“Kalau memang benar ada dugaan sabotase, biarlah penegak hukum yang menyelidiki. Tapi tidak bijak musibah yang terjadi di beberapa kabupaten di Jawa Timur dijadikan isu negatif , tegasnya.
Disisi lain , Sofyano juga menyoroti bahwa reformasi tata kelola impor BBM harus dilakukan secara nyata, bukan hanya seremonial. Ia menilai transisi vendor pasca ‘cleansing’ daftar impor Pertamina berpotensi menimbulkan risk gap dalam rantai pasok.
Lebih jauh, ia mendorong Pertamina untuk membuka data asal BBM impor, vendor, dan hasil uji mutu secara transparan. Menurutnya, keterbukaan menjadi kunci membangun kepercayaan publik.

“Jangan biarkan opini publik dikuasai narasi emosional tanpa data. Kedaulatan energi tidak dijaga dengan ketakutan, tapi dengan sistem yang transparan dan profesional,” tutup Sofyano. (*)
Leave a comment