

SMI : Pengguna Listrik Apapun Secara Tak Langsung Dapatkan Subsidi Dari APBN
LISTRIK September 23, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa hingga Agustus 2021 penikmat subsidi sektor energi dan non energi semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa APBN diarahkan untuk membantu lebih banyak masyarakat yang terdampak Pandemi Covid-19, dimana saat pandemi berlangsung ekonomi masyarakat semakin banyak yang terpukul.
Tercatat realisasi subsidi energi hingga Agustus 2021 mencapai Rp84,1 triliun. Jumlah ini meningkat 37,3 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi subsidi ini setara 76,1 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan. Dijelaskannya bahwa realisasi subsidi energi ini lebih tinggi karena termasuk dalam diskon listrik untuk rumah tangga dan UMKM sebesar Rp5,6 triliun.
“Jadi kalau anda menikmati listrik apapun secara tidak langsung anda mendapatkan subsidi dari APBN. Lagi – lagi itu manfaat yang anda rasakan. Memang policy ini harus kita evaluasi dalam pelaksanaannya,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KiTA, Kamis (23/9/2021).
Dari realisasi subsidi energi itu apabila di rinci seluruh komponen subsidi energi listrik mengalami peningkatan. Contohnya subsidi BBM (solar dan minyak tanah meningkat dari 8,09 juta kilo liter di tahun 2020 menjadi 8,84 juta KL di tahun 2021. Kemudian subsidi LPG 3 Kg naik dari 4.106,5 juta kg menjadi 4.229,8 juta kg.
Sementara jumlah pelanggan listrik yang mendapatkan subsidi naik dari 36,57 juta pelanggan menjadi 37,68 juta pelanggan.
Selanjutnya volume konsumsi listrik bersubsidi naik dari 34,98 Teh menjadi 37,60 Twh.
“Jadi subsidi energi ini banyak digunakan dan dinikmati masyarakat. Pemerintah melalui APBN juga memberikan subsidi non energi yang realisasinya sudah mencapai Rp35,6 triliun atau naik 4,6 persen (year on year),” pungkas dia.
Sementara itu Direktur Eksekutif Energy Watch, Nanti Setiawan, mengatakan meningkatnya realisasi subsidi energi berbahan baku fosil menjadi pertanda bahwa semangat pemerintah untuk mendorong sektor energi baru terabaikan (EBT) tidak sesuai. Jika pemerintah serius ingin menggarap EBT dan mengurangi pemanfaatan energi fosil, idealnya subsidi energi untuk EBT lebih diutamakan.
“Kalo dilihat dari subsidi yang diberikan dimana untuk energi fossil masih dominan maka sepertinya belum sejalan dengan rencana untuk mendorong EBT karena terus mengalami kenaikan di fossilnya,” ujar Nanti saat dihubungi.
Dia berharap subsidi energi untuk energi fosil lebih diutamakan pada biosolar. Sementara subsidi energi yang 100 persen sumbernya dari fosil harus terus dipangkas besaran subsidinya.
“Memang untuk EBT dari bbm ini lebih ke biosolar,sedangkan listrik EBTnya belum berkembang karena PLTS Atap ini masih mahal harganya. Untuk geothermal sendiri belum menjagkau semua area. Kedepan, subsidi untuk pengembangan EBT perlu ditingkatkan,” pangkas dia. (DIN/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.