

SKK Migas: Keberhasilan dan Inplementasi Digital di Industri Hulu Migas Mudahkan Sistem Monitoring
MIGAS November 9, 2023 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Keberhasilan dari implementasi digital di industri hulu migas menjadi lebih mudah dimonitor jika ada sumur mati dan bisa dideteksi secara online dan realtime.
Menurut Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf, monitoring kehandalan fasilitas sangat challenging seperti ONWJ (Offshore North West Java) di-develop tahun 1970-an.
“Kita terus mendorong implementasi digital pada kegiatan pengelolaan operasi produksi dan lifting secara masif, salah satunya meningkatkan fitur-fitur pada integrated operation center (IOC),” kata Abdul Manaf dikutip di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, ada empat fitur baru IOC, yakni well performance monitoring (WPM), early warning system (EWS) mobile, pengembangan plant information management system (PIMS) kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) serta monitoring air surveillance.
“Memang industri hulu migas menghadapi masalah realibility karena sebagian fasilitasnya sudah tua, oleh karenanya implementasi digital diharapkan bisa menjadi solusi atas hal ini,” ujar Nanang.
Lebih jauh ia mengatakan, banyak indikator yang menunjukkan kegiatan seperti IOC memberikan dampak terhadap kinerja industri hulu migas. Pada 2016, lanjut Nanang, pertama kali AS mengalami surplus minyak dengan adanya penemuan shale oil. Melalui teknologi tersebut, AS bisa mengeskstrak minyak dari sumbernya dengan teknologi fracking langsung ke sumbernya.
“Dampaknya adalah produksi minyak di AS melompat dari 5 juta barel oil per day (BOPD) menjadi 15 juta per hari dan hari ini telah menjadi produsen minyak terbesar di dunia,” ucap Nanang.
Ia pun berharap, melalui forum IOC Forum akan muncul teknologi dan metode apapun yang langsung berdampak terhadap performa industri hulu migas nasional.
“Bagaimana bisa menjadi solusi terhadap masalah realibility, natural decline, membutuhkan dukungan dari aspek teknologi digital,” tuturnya.
Selain aspek peningkatan keandalan operasional, Nanang menyampaikan jika implementasi digital melalui peningkatan fitur-fitur di IOC diharapkan juga dapat memberikan dampak pada efisiensi biaya, mengurangi waktu pekerjaan yang pada akhirnya meningkatkan optimalisasi kinerja produksi migas nasional.
Sementara Kepala Divisi Produksi dan Pemeliharaan Fasilitas SKK Migas Bambang Prayoga menjelaskan bahwa dengan fitur baru seperti WPM maka setiap sumur di KKKS akan masuk di sistem pengawasan IOC.
“Saat ini, ada sekitar 30.000 sumur yang aktif, tentu dengan adanya WPM akan sangat membantu, tidak hanya dalam konteks pengawasan, tetapi juga upaya-upaya melakukan predictive maintenance agar keandalan sumur dapat terus dijaga,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan dengan penggunaan air surveillance system maka kendala lapangan migas pada remote area atau yang memiliki keterbatasan infrastruktur dapat diatasi dengan penggunaan drone untuk melakukan pengawasan.

“Kemudian dengan penambahan koneksi PIMS KKKS seiring SKK Migas mendorong digitalisasi di lapangan produksi serta pengembangan early warning system mobile agar PIMS KKKS dapat dimonitor melalui gadget dan tentunya dari sisi KKKS adalah dengan pengembangan dan penambahan fitur pada PIMS PHE ONWJ serta adanya digital twin di SIPL maka pengawasan melalui IOC menjadi semakin optimal,” tutup Bambang.(Ert/SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.