Jakarta, Situsenergy.com
Memperingati hari Orang Utan sedunia yang jatuh pada 19 Agustus 2018, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menggelar aksi di depan kantor Pembangkit Jawa Bali Investasi, anak usaha PT.PLN. PJB Investasi merupakan sponsor proyek dan pemegang saham 25% dari PT. North Sumatera Hydro Electric (NSHE) sebuah perusahaan patungan antara PJB Investasi, Fareast Green Energy, PT. Dharma Hydro Nusantara. PT. NSHE akan membangun PLTA Batang Toru dengan kapasitas 510 MW.
Sebelumnya, pada 8 Agustus 2018, WALHI Sumatera Utara telah melayangkan gugatan terhadap izin lingkungan PLTA Batang Toru yang diberikan oleh Gubernur Sumatera Utara kepada PT.NSHE. Gugatan tersebut dilayangkan karena pembangunan PLTA Batang Toru akan berdampak pada ekosistem Batang Toru yang kaya akan biodiversitas dan merupakan rimba terakhir di Sumatera Utara. Jika proyek PLTA Batang Toru dibangun, akan menghancurkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal di wilayah hilir bendungan, terutama masyarakat yang tergantung pada sektor pertanian, perikanan, dan transportasi air. Sawah yang dipinggir sungai tidak akan bisa digarap lagi.
Selain itu, 800 Orang Utan Tapanuli yang baru-baru ini ditemukan terancam punah. Orangutan yang sangat langka ini hanya ditemukan di ekosistem Batang Toru namun telah terpecah dalam 3 populasi di blok barat (500 s/d 600 individu), di blok timur (160 individu) dan di Cagar Alam Sibual-buali (kurang tersisa kurang dari 30 individu). Pembangunan infrastruktur proyek berupa jalan akses, SUTET dan terowongan bawah tanah sepanjang 13 km pada habitat orangutan Tapanuli di pinggir sungai Batang Toru akan berdampak ganda. Pertama akan memusnahkan harapan untuk menyambungkan kembali ketiga populasinya dan kedua, akan menghilangkan sebagain habitatnya yang paling kaya dengan kepadatan orangutan paling tinggi, serta membuka akses bagi manusia pada habitat terakhirnya.
“PJB Investasi sebagai sponsor proyek dan pemegang saham 25% dari PT. NSHE harus menghentikan pembangunan proyek PLTA Batang Toru. Pencapaian target 23% bauran energi terbarukan pada tahun 2025 bukan berarti harus menghancurkan ekosistem yang kaya akan biodiversitas seperti Batang Toru,” kata Dana Tarigan, Direktur WALHI daerah Sumatera Utara, Selasa (21/8) di Jakarta.
Belum lama ini, lanjutnya, kita melihat dampak mengerikan dari jebolnya bendungan PLTA di Laos, bencana tersebut mengingatkan kita bahwa Ekosistem Batang Toru terletak di pinggir Sesar Besar Sumatera (Great Sumatran Fault) dan di salah satu lokasi di daratan Sumatera yang paling rawan gempa bumi. “Hancurnya bendungan akibat gempa bisa berakibat fatal bagi masyarakat yang tinggal di hilir,” katanya. (Fyan)
Leave a comment