Logo SitusEnergi
PTBA Fokus Garap Bisnis Gasifikasi dan Panel Surya PTBA Fokus Garap Bisnis Gasifikasi dan Panel Surya
Jakarta, Situsenergy.com Setelah beroperasi sekitar 100 tahun, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan bertransformasi dengan model bisnis yang mengutamakan nilai tambah batu bara. Gasifikasi... PTBA Fokus Garap Bisnis Gasifikasi dan Panel Surya

Jakarta, Situsenergy.com

Setelah beroperasi sekitar 100 tahun, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan bertransformasi dengan model bisnis yang mengutamakan nilai tambah batu bara. Gasifikasi batu bara hingga panel surya menjadi fokus bisnis masa depan.

“PTBA kan sudah 100 tahun ya, sejak jaman Belanda sudah menambang. Itu langsung dipakai dibakar di PLTU yang timbulkan polusi tinggi, efek global warming, dan tidak ada nilai tambah. Hanya menggali, mengangkut, dan menjual. Selesai, Hilirisasi batu bara dengan peningkatan nilai tambah merupakan bisnis model masa depan. Batu bara dapat menjadi energi ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dalam diskusi secara virtual.

Menurut dia, dengan proses gasifikasi maka batu bara dapat menjadi Dimethyl Ether (DME) yang merupakan subtitusi Lpg. Hilirsasi ini pun dapat menekan impor Lpg dan membawa efek berganda seperti penerimaan negara maupun membuka lapangan pekerjaan.

Proyek dengan investasi hingga US$ 2,4 miliar itu berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Kerjasama proyek gasifikasi antara PTBA, Pertamina dan Air Product diteken pada November 2018 silam.

BACA JUGA   Trade-Off Penambangan Nikel di Kepulauan Raja Ampat: Antara Ekonomi, Sosial, Lingkungan, dan Pembangunan Berkelanjutan

Dari 6 juta ton batu bara kalori rendah mampu menghasilkan 1,4 juta ton DME. Selain itu mampu menghasilkan 300.000 ton Methanol, dan 250.000 ton Methanol Ethylene Glycol (MEG).

“Apabila ini berhasil, kita bisa lakukan hilirisasi lebih jauh lagi. Sebab di Tiongkok produk ini bisa diturunkan untuk avtur dan produk petrokimia untuk kurangi impor minyak ya,” ujar Arviyan.

Batu bara, kata dia, masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Hanya saja dia menekankan model PLTU yang berbeda seperti saat ini. Menurutnya PLTU yang berada dekat dengan tambang atau disebut PLTU Mulut Tambang merupakan model pembangkit masa depan. Dengan pola ini maka tidak ada biaya pengangkutan baik darat maupun dengan kapal. Alhasil lebih efisien dan mampu menekan biaya produksi listrik. PTBA pun tengah menggarap proyek PLTU Mulut Tambang di Tanjung Enim. “Ini strategi membuat energi batu bara diterima di lingkungan,” ujarnya.

Lebih lanjut Arviyan menuturkan bahwa PTBA juga merambah bisnis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sebanyak 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kilowatt per peak (kWp). Panel surya di tempatkan di atap gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, yang dikelola PT Angkasa Pura II (Persero).

BACA JUGA   Panas Bumi RI Baru Digarap 12%, API: Sudah Saatnya Move On!

“Kita sudah mulai dengan AP II di Cengkareng sehingga sebagian listriknya dari PLTS. Kita sudah resmikan gunakan tenaga surya oleh PTBA dan kita jajaki airport (bandara) lainnya,”

Dia menuturkan lokasi lain yang bakal dipasang panel surya antara lain area jalan tol maupun sekitar Danau Toba. Selain itu akan membangun PLTS di lahan pasca tambang di antaranya berada di Ombilin, dan Tanjung Enim.(ert/rif)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *