Logo SitusEnergi
Program Pengembangan EV Terkendala Harga Yang Terlampau Tinggi Program Pengembangan EV Terkendala Harga Yang Terlampau Tinggi
Jakarta, Situsenergi.com Upaya pemerintah untuk melakukan pengembangan mobil listrik (electric vehicle / EV) di Indonesia dihadapkan pada tantangan mendasar yaitu harga mobil listrik yang... Program Pengembangan EV Terkendala Harga Yang Terlampau Tinggi

Jakarta, Situsenergi.com

Upaya pemerintah untuk melakukan pengembangan mobil listrik (electric vehicle / EV) di Indonesia dihadapkan pada tantangan mendasar yaitu harga mobil listrik yang jauh lebih mahal dibandingkan mobil Internal Combustion Engine (ICE). Pemerintah mengklaim dengan memproduksi baterai EV di dalam negeri, maka harga jual EV akan lebih murah.

Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) membenarkan bahwa potensi memproduksi baterai di dalam negeri memang besar lantaran melimpahnya bahan baku seperti nikel. Namun karena harga EV yang diperkirakan akan tetap mahal, maka program pengembangan EV ini juga menuai tantangan yang tidak mudah.

Berdasarkan kajian Indef, biaya kepemilikan (total cost of ownership) mobil EV MPV di Indonesia masih lebih tinggi dari biaya kepemilikan mobil ICE di segmen yang sama. Hal ini disebabkan biaya kendaraan dasar mobil listrik yang masih tinggi,” ucap Tauhid dalam diskusi publik secara virtual, Kamis (21/4/2022).

Menanggapi hal tersebut, Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, menyampaikan bahwa mobil listrik yang beredar saat ini harganya di kisaran Rp600 juta atau berada di atas daya beli masyarakat yang berada di Rp300 juta. Berbagai kendaraan energi alternatif sudah tersedia secara global, namun adopsinya juga terhambat biaya yang tinggi. Tidak hanya industri, tetapi kesiapan konsumen baik secara daya beli maupun mindset harus diperhatikan.

“Dengan pengembangan baterai dan mobil listrik di Indonesia, Gaikindo mengharapkan Indonesia dapat swasembada mobil listrik dan dapat ekspor ke negara lain,” kata dia.

Sementara itu, Yunan Fajar Arianto, Vice President Indonesia Battery Company (IBC) memaparkan IBC bekerja sama dengan konsorsium JV untuk mengembangkan teknologi baterai. Berdasarkan kajian BCG, volume pasar baterai domestik akan mengalami pertumbuhan 26 persen hingga 2035.

BACA JUGA   Gak Perlu Waswas! PLN Siaga 24 Jam Selama Iduladha, Listrik Aman Terus

Baterai menjadi determinan dalam konversi dari mobil ICE dan EV dan Indonesia memiliki potensi untuk menguasainya dengan cadangan nikel yang tinggi. Menurut IBC, biaya kepemilikan EV tidak akan kompetitif dengan ICE hingga 2030 dan kuncinya adalah baterai.

“Hambatan yang dihadapi mencakup, regulasi, kondisi pasar, infrastruktur pendukung, biaya teknologi, serta pola pikir masyarakat,” kata dia. (DIN/RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *