Logo SitusEnergi
Premium Pelan-Pelan Mulai Dihapus, Pengamat: Pemerintah Jangan Gegabah! Premium Pelan-Pelan Mulai Dihapus, Pengamat: Pemerintah Jangan Gegabah!
Jakarta, Situsenergi.com Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif  membantah bahwa BBM Premium akan dihapus. Namun demikian ia tak menampik bahwa penjualan... Premium Pelan-Pelan Mulai Dihapus, Pengamat: Pemerintah Jangan Gegabah!

Jakarta, Situsenergi.com

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif  membantah bahwa BBM Premium akan dihapus. Namun demikian ia tak menampik bahwa penjualan BBM premium di outlet-outlet atau SPBU Pertamina sudah mulai dikurangi secara pelan-pelan.

“Terkait dengan roadmap BBM saat ini sesuai dengan program Langit Biru Pertamina, outlet penjualan premium mulai dikurangi pelan-pelan terutama kemarin pada saat pandemi di mana harga crude (minyak mentah) jatuh. Nah (premium) ini memang bisa dilakukan substitusi dengan pertalite,” ujar Arifin menjawab pertanyaan Anggota Komisi VII DPR beberapa waktu lalu. 

Menurut Arifin, tujuan BBM premium dikurangi adalah untuk memperbaiki kualitas bahan bakar dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Ia juga menyebut Indonesia sekarang masih termasuk empat negara di dunia yang masih menggunakan premium, bahkan kalah dengan Vietnam yang sudah menggunakan BBM berstandar EURO 4. 

Menanggapi hal itu, Ekonom Konstitusi, Defiyan Cori meminta agar pemerintah tidak gegabah dalam menjalankan kebijakan tanpa kajian yang jelas dan komprehensif, serta melihat situasi dan kondisi saat ini. 

“Pemerintah tidak boleh gegabah dan tanpa berpikir dampak jangka panjang dari kebijakan yang diambilnya atas stabilitas pengelolaan perekonomian nasional serta timbal baliknya (trade off),” ujar Defiyan kepada Situsenergi.com, Jumat (27/8/2021). 

Maka itu kata Defiyan, terkait tanggapan Menteri ESDM Arifin Tasrif atas kebijakan BBM premium yang akan dihapus saat dipertanyakan oleh anggota Komisi VII DPR yang menyatakan kekhawatirannya terhadap beban yang akan dihadapi oleh masyarakat di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), memang perlu menjadi pertimbangan matang.

BACA JUGA   Condro Kirono: Investasi Migas Harus Utamakan Kebutuhan Dalam Negeri

Setidaknya ada 4 hal yang menurut Defiyan perlu menjadi perhatian, pertama jumlah penduduk miskin Indonesia masih tinggi yaitu 10,14 persen dari populasi (Data BPS), kedua  kebijakan skema alokasi subsidi dan insentif yang akan ditempuh seiring terjadinya peningkatan harga keekonomian minyak mentah dunia yang berfluktuasi diantara USD60-75 per barrel.

Kemudian yang ketiga, konsistensi kebijakan pemerintah atas substitusi produk energi, khususnya BBM dan komitmen energi bersih lingkungan harus memperhatikan kajian mendalam manfaat dan dampaknya bagi masyarakat luas, terutama kelompok masyarakat miskin, terakhir yaitu perlunya pemangku kebijakan untuk tidak hanya berkomitmen atas perlunya kebijakan energi bersih lingkungan saja, tetapi juga memperhatikan skala ekonomis dan ketersediaan relatif cukup atas potensi lebih besar sumber energi alternatif lainnya di tanah air.[snu]

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *