

PLN Jadi Kunci Kesuksesan Jokowi Pimpin G20 dan COP 26
MIGAS October 30, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, situsenergi.com
PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) memegang peranan penting dalam mensukseskan Indonesia sebagai pemimpin negara-negara G20 dan COP 26. Keberhasilan Indonesia dalam memimpin negara-negara G20 dalam isu perubahan iklim atau climate change, akan sangat bergantung dari keberhasilan PLN melakukan transformasi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) dan meredam emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK).
Hal itu disampaikan oleh Peneliti Senior Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng kepada awak media di Jakarta, Sabtu (30/10/2022).
Bagaimana bisa PLN begitu penting bagi Indonesia?
Salamuddin menjelaskan, PLN sangat sentral dalam isue perubahan iklim karena di masa mendatang semua akan menggunakan listrik. Rumah tangga, transportasi, darat laut dan udara, industri, hingga urusan pedagang kaki lima akan menggunakan listrik.
“Dimasa mendatang tidak ada lagi orang membakar BBM dan gas di rumah-rumah, membakar bensin di jalan jalan, membakar solar di lautan, semua akan menggunakan energi listrik,” kata Salamuddin.
Namun demikian listrik dimasa depan tidak lagi akan dihasilkan dari membakar minyak, batubara, membakar gas, melainkan listrik akan dihasilkan dari alam, dari angin, dari matahari dari ombak dari apapun yang disediakan alam tanpa harus merusak alam atau menggangu alam. Bahkan sudah mulai dikembangkan listrik akan dhasilkan melalui sumber yang free. Atau listrik bisa diserap dari sumber yang ada di alam seperti menyimpan petir di depok untuk membangkitkan listrik se jabodetabek.
“Suksesnya PLN dalam menghasilkan energi yang ramah lingkungan melalui sumber yang terbaharukan atau sumber yang free, akan menenetukan pencapaian Presiden Jokowi dan Indonesia dalam isue perubahan Iklim. Jika PLN berhasil melakukan transisi energi dari penggunaan berbagai energi yang tidak ramah lingkungan menjadi energi terbaharukan maka sukseslah Indonesia memimpin dunia dalam isue ikim. Namun sebaliknya jika PLN gagal maka ambyarlah isue perubahan iklim Indonesia,” tuturnya.
PLN memiliki potensi begitu banyak bagi pengembangan energi baru terbaharukan. PLN memiliki pembangkit Geotermal, PLN memiliki banyak sekali Pembangkit Listrik Tenaga Air yang murah. PLN memiliki banyak sekali pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSA. dan banyak sekali potensi yang lain yang dapat dikembangkan oleh PLN dalam rangka menyukseskan Indonsia sebagai pemimpin G20 dan sekaligus sebagai pemimpin pertemuan perubahan Iklim di Glasgow Scotlandia atau COP 26 bulan depan.
Namun demikian, diakui Salamuddin bahwa PLN saat ini masih mengandalkan energi yang tidak ramah lingkungan seperti minyak solar, gas, dan batubara. Demikian juga pembangkit listrik swasta yang dibeli listriknya melalui mekanisme take or pay (TOP) oleh PLN sebagian besar adalah pembangkit batubara.
Dalam satu dekade terakhir pembangkit batubara memang menjadi prioritas untuk dibangun oleh pemerintah. Namun sekarang batubara telah menadi komoditi yang sangat mahal. Ke depan sangat sulit bagi PLN akan mendapatkan batubara. Sementara perusahaan batubara akan makin kepepet, karena meski batubara mahal tapi tidak ada lagi bank dan lembaga keuangan yang mau membiayai tambang batubara. itulah komitmen sektor keuangan kepada perjanjian perubahan Iklim.
Sehingga kesempatan sekarang, di saat Indonesia menjadi pemimpin G20 dan sekaligus pemimpin pertemuan perubahan iklim COP 26, menjadi kesempatan emas bagi PLN dalam mengubah haluan, melakukan transisi kepada energi baru terbaharukan.
“Inilah kesempatan bagi PLN untuk mengoptimalkan pembangkit terbaharukan mereka. Bagi internal PLN ini adalah kesempatan besar bagi Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan untuk bekerja secara leluasa dengan dukungan penuh dari internasional dan tampaknya akan mendapat dukungan penuh dari Presiden Jokowi selaku pimpinan G20 dan Pimpinan COP 26,” pungkasnya. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.