Jakarta, Situsenergi.com
Lonjakan harga sawit global disebut erat kaitannya dengan meningkatnya kebutuhan minyak nabati di tengah krisis energi.
Memang faktanya kebutuhan dunia, sedang kocar – kacir terkait kebutuhan energi yang minus dari bahan bakar nabati,” kata Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung dalam sebuah wawancara televisi, Kamis (07/10/2021).
Dikatakannya, lonjakan sawit global juga disebabkan terbatasnya supply dan peningkatan serapan pasar CPO domestik Indonesia turut mendorong kenaikan harga CPO sehingga memberi dampak positif ke petani sawit.
Gulat menegaskan, kelangkaan CPO di pasar dunia salah satunya diakibatkan pemanfaatan minyak nabati di dalam negeri menjadi kata kunci ketergantungan dunia terhadap minyak sawit.
“Setelah presiden meluncurkan pada akhir 2019 tentang biodiesel yaitu B30 yang efektifnya awal 2020 serapan domestik terhadap ketersediaan CPO, yang secara dunia Indonesia memasok 60 persen menjadi langka,” kata dia.
Dia menegaskan, harga CPO yang sedang bagus seperti yang terjadi saat ini, petani sawit berharap penyerapan minyak sawit di dalam negeri sebaiknya ditingkatkan.
“Kita berharap demikian, bahkan serapan hingga 50 persen,” kata dia.
Sebagai informasi, penyebab pendongkrak harga CPO adalah harga minyak bumi. Dalam sepekan terakhir, harga minyak jenis brent dan light sweet melejit masing-masing 5,62% dan 5,32%. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya masing-masing 15,05% dan 15,3%.
Saat harga minyak makin mahal, apalagi di tengah krisis energi yang dihadapi berbagai negara, maka insentif untuk beralih ke bahan bakar nabati atau biofuel kian tinggi. CPO adalah salah satu komoditas yang bisa digunakan sebagai bahan baku biofuel.(SA/Rif)
Leave a comment