


Jakarta, situsenergi.com
Pemerintah masih mengkaji tentang kemungkinan untuk menambah besaran subsidi BBM jenis solar. Harga minyak dunia yang terus meningkat dan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menjadi pertimbangan utama bagi negara untuk merogoh devisa lebih dalam agar Pertamina tak merugi akibat menjual BBM penugasan tersebut.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan, kajian masih dilakukan secara teknis oleh Direktorat Jendral Anggaran (DJA) dan belum tahu kapan selesai dibahas. Meski demikian, dirinya mengamini bahwa depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar menjadi pertimbangan utama terhadap rencana penambahan subsidi tersebut.
“Masih dihitung itu oleh kita dengan DJA. Sudah dibicarakan, tapi tim teknis masih kerja. Makanya lagi lihat biar tim teknis kerja dulu,” kata Suahasil di kantornya, Jakarta, Rabu (9/5).
Suahasil mengatakan, meskipun nantinya kajian selesai, pihaknya tetap harus meminta persetujuan terlebih dahulu dengan DPR sebelum kebijakan itu dilaksanakan. Terlebih, penambahan subsidi tersebut akan mempengaruhi pola dari APBN 2018.
“Pelaksanaan APBN sampai saat ini masih berjalan baik meskipun terdapat beberapa perubahan kondisi asumsi dasar. Sampai akhir Maret defisit 0,5 persen. Di sini lihat posturnya, pertumbuhan pajak lumayan tinggi, pertumbuhan bea cukai tinggi, dan dari sisi pelaksanaan APBN kita pantau terus dan kita pantau terus supaya berjalan dengan baik, kalau kurs melemah, memang ada peningkatan penerimaan dan peningkatan pengeluaran, tapi nett masih positif,” pungkasnya. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.