Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak melonjak sekitar USD1,50 per barel, Kamis, memperpanjang kenaikan yang dibuat dalam tiga sesi sebelumnya di tengah ekspektasi pasokan yang lebih ketat hingga 2021, ketika optimisme pemuklihan ekonomi meningkat dan krisis akibat virus corona mereda.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik USD1,56 atau 2,2 persen menjadi USD73,79 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, Kamis (22/7/2021) atau Jumat (23/7/2021) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berada di posisi USD71,91 per barel, melambung USD1,61, atau 2,3 persen.
“Jatuhnya permintaan sangat dilebih-lebihkan,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago. “Permintaan tidak akan hilang, jadi kita kembali melihat pasar yang sangat ketat.”
Anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak dan produsen lain termasuk Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC Plus, pekan ini menyetujui kesepakatan untuk meningkatkan pasokan minyak sebesar 400.000 barel per hari dari Agustus hingga Desember guna mendinginkan harga dan memenuhi lonjakan permintaan.
Tetapi karena permintaan masih akan melebihi pasokan pada semester kedua tahun ini, Morgan Stanley memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada kisaran tengah hingga atas USD70-an per barel untuk sisa tahun 2021.
“Pada akhirnya, pemulihan PDB (produk domestik bruto) global kemungkinan akan tetap berada di jalurnya, data inventaris terus mendorong, balaces kami menunjukkan pengetatan di semester kedua dan kami memperkirakan OPEC akan tetap kohesif,” kata bank itu.
Rusia mungkin memulai proses pelarangan ekspor bensin pekan depan jika harga bahan bakar di bursa domestik tetap pada level saat ini, ujar Menteri Energi Nikolai Shulginov, lebih lanjut mengisyaratkan pasokan minyak yang lebih ketat ke depan.
Persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, naik tak terduga sebesar 2,1 juta barel pekan lalu menjadi 439,7 juta barel, peningkatan untuk pertama kalinya sejak Mei, menurut data Badan Informasi Energi AS.
Namun, persediaan di pusat penyimpanan minyak mentah Cushing, Oklahoma, dan titik pengiriman untuk WTI, merosot selama enam pekan berturut-turut, dan mencapai level terendah sejak Januari 2020 minggu lalu.
“Pasokan turun lebih lanjut sebesar 1,3 juta barel ke level terendah sejak awal tahun lalu, secara teoretis menawarkan dukungan pada kurva WTI,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.
Permintaan bensin dan solar, menurut angka EIA, juga melonjak minggu lalu.
Analis Barclays juga memperkirakan penarikan lebih cepat dari ekspektasi dalam persediaan minyak global ke tingkat pra-pandemi, mendorong bank itu untuk menaikkan proyeksi harga minyak 2021 sebesar USD3-5 menjadi rata-rata USD69 per barel. (SNU)
Leave a comment