

Minyak Terkoreksi Lebih Dari 1 Persen, Beberapa Faktor Jadi Penyebab
MIGAS September 10, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak jatuh ke level terendah dua pekan, Kamis, setelah China meluncurkan rencana untuk melepaskan cadangan minyak negara, penarikan minyak mentah mingguan Amerika lebih kecil dari ekspektasi dan US Treasury menguat karena investor mencari aset yang lebih aman.
Dalam sesi perdagangan yang bergejolak, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD 1,15 atau 1,6 persen, menjadi USD 71,45 per barel, demikian mengutip laporan Reuters, Kamis (9/9/2021) atau Jumat (10/9/2021) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot USD 1,16 atau 1,7 persen menjadi USD 68,14 per barel. Itu adalah setelmen terendah bagi keduanya sejak 26 Agustus.
“Lelang yang luar biasa pada surat utang bertenor 30 tahun dengan tingkat suku bunga terendah sejak Januari menempatkan ketakutan yang signifikan di pasar (minyak) dalam apa yang tampak seperti pelarian ke tempat yang aman,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.
Setelah jatuh lebih dari USD 1 per barel di awal sesi, kedua benchmark berubah positif menyusul laporan sebuah kapal terjebak di Terusan Suez. Kapal itu diapungkan kembali dan tidak menyebabkan penundaan.
Minyak mempertahankan kenaikan tersebut menyusul laporan Amerika yang menunjukkan penarikan bensin jauh lebih besar dari perkiraan dan kembalinya produksi AS masih melambat setelah Badai Ida.
Tetapi minyak berjangka melorot lebih dari USD 1 per barel segera setelah permintaan yang kuat pada lelang obligasi 30 tahun senilai USD 24 miliar mendorong imbal hasil turun menjadi 1,91 persen. Investor menjual aset berisiko seperti minyak dan saham.
Minyak tertekan ketika pemerintah China mengatakan akan melepaskan cadangan minyak mentah secara bertahap melalui lelang publik untuk membantu pengilangan domestik mengendalikan biaya.
“China memanfaatkan cadangan minyak mentah mereka adalah berita besar dan bakal memberikan banyak bantuan bagi pengilangan domestik serta perusahaan kimia,” kata Edward Moya, analis OANDA.
Stok minyak mentah Amerika turun 1,5 juta barel dalam seminggu hingga 3 September, menurut data pemerintah, jauh lebih kecil dari perkiraan analis 4,6 juta barel.
Penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan 7,2 juta barel dalam persediaan bensin memberikan dukungan bagi harga minyak. Analis memperkirakan stok bensin akan turun hanya 3,4 juta barel.
Royal Dutch Shell Plc menyatakan force majeure pada beberapa pengiriman minyak karena kerusakan akibat Badai Ida.
Sumur lepas pantai Teluk menyumbang sekitar 17 persen dari produksi Amerika. Sekitar 1,4 juta barel per hari produksi minyak mentah masih ditutup.
Dengan melonjaknya kasus Covid-19 Amerika di antara mereka yang tidak divaksinasi, Presiden Joe Biden akan menguraikan pendekatan baru untuk mengendalikan pandemi, termasuk persyaratan agar semua pegawai federal divaksinasi.
Shell sedang mempertimbangkan untuk mewajibkan pekerja di beberapa operasi untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19 atau berisiko dipecat.
Beberapa maskapai penerbangan Amerika memperingatkan perlambatan penjualan tiket danmemangkas perkiraan pendapatan karena varian Delta virus korona mengancam aktivitas perjalanan. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.