


Jakarta, Situsenergi.com
Minyak merosot, Senin, karena kekhawatiran tentang penyebaran sejumlah varian Covid-19 bisa menggagalkan pemulihan ekonomi global yang mendorong permintaan bahan bakar mendekati tingkat pra-pandemi. Sementara pasokan minyak mentah yang ketat menjaga harga tidak jatuh lebih dalam.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman September, patokan internasional, ditutup melemah 39 sen atau 0,5% menjadi USD75,16 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, di New York, Senin (12/7/2021) atau Selasa (13/7/2021) pagi WIB.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Agustus, patokan Amerika Serikat, berkurang 46 sen atau 0,6% menjadi USD74,10 per barel.
Kedua tolok ukur itu menyusut sekitar 1% minggu lalu, menghentikan reli yang membawa WTI dan Brent ke level yang tidak terlihat sejak Oktober 2018.
Tokyo memberlakukan kembali pembatasan terkait pandemi karena kekhawatiran atas infeksi virus korona, kurang dari dua pekan sebelum kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas.
“Ini menimbulkan keresahan di pasar tentang pemulihan permintaan lagi,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York. “Asia jelas sangat penting. Ini adalah pusat permintaan yang berubah-ubah, dan itu adalah kemunduran besar.”
Penyebaran varian baru dan akses yang tidak setara ke vaksin mengancam pemulihan ekonomi global, kata menteri keuangan negara-negara G20, akhir pekan lalu. Pernyataan itu membebani prospek permintaan minyak.
“Pedagang sekarang fokus kembali pada penyebaran pandemi Covid-19 dan kekhawatiran global atas ekspansi varian baru,” kata analis Rystad Energy, Louise Dickson.
Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, pekan lalu gagal menyepakati rencana peningkatan output, setelah perselisihan antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tentang bagaimana memperpanjang pakta tersebut.
Analis mengatakan kegagalan pembicaraan itu meningkatkan prospek jangka panjang produsen meninggalkan kesepakatan tersebut dan memompa sesuka hati. Kekhawatiran itu memicu ketakutan pedagang pekan lalu, yang mengarah ke aksi jual yang belum cukup mereda.
“Semakin lama kebuntuannya…semakin besar kemungkinan beberapa pelemahan harga berkelanjutan,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Houston.
“Untuk sekarang, kami masih mengantisipasi beberapa pergerakan pekan ini dengan rencana OPEC Plus untuk mengabaikan kuota produksi 2022 sambil fokus pada enam bulan mendatang di mana tuntutan UEA guna mengurangi pembatasan produksi dapat diakomodasi.”
Membantu membatasi kejatuhan harga minyak, stok di negara penghasil minyak mentah terbesar terus mengetat, dengan persediaan Amerika merosot ke level terendah sejak Februari 2020 dalam sepekan hingga 2 Juli. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.