Logo SitusEnergi
Minyak Brent Melemah Setelah Sentuh USD 80 Per Barel Minyak Brent Melemah Setelah Sentuh USD 80 Per Barel
Jakarta, Situsenergi.com Harga Minyak mentah berjangka Brent bergerak melemah, Selasa, setelah menyentuh USD80 per barel untuk kali pertama dalam hampir tiga tahun, pasca reli... Minyak Brent Melemah Setelah Sentuh USD 80 Per Barel

Jakarta, Situsenergi.com

Harga Minyak mentah berjangka Brent bergerak melemah, Selasa, setelah menyentuh USD80 per barel untuk kali pertama dalam hampir tiga tahun, pasca reli lima hari mulai kehabisan tenaga dengan investor mengunci keuntungan.

Harga patokan minyak berjaya, dengan permintaan bahan bakar melesat dan  trader  memperkirakan negara penghasil minyak terbesar akan memutuskan untuk menjaga pasokan tetap ketat ketika Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) bertemu pekan depan.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 44 sen, atau 0,6 persen, menjadi USD79,09 per barel, setelah mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 di USD80,75 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (28/9/2021) atau Rabu (29/9/2021) pagi WIB.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, melemah 16 sen, atau 0,2 persen, menjadi USD75,29 per barel, setelah menyentuh USD76,67 per barel pada sesi Selasa, tingkat tertinggi sejak Juli.

“Kita mungkin mendapati cukup banyak  profit taking,  karena kita mengalami kenaikan harga yang luar biasa,” kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston. “Kita mungkin memiliki sedikit jeda di sini karena pasar mengevaluasi seperti apa dinamika penawaran dan permintaannya.”

Pasar juga menghadapi tantangan dari krisis listrik di China, konsumen energi terbesar di dunia.

“Penjatahan listrik baru-baru ini pada industri di China untuk menurunkan emisi dapat membebani aktivitas ekonomi, berpotensi mengimbangi penarik dari penggunaan diesel tambahan dalam pembangkit listrik,” kata Barclays.

Beberapa investor khawatir penularan dari gelembung perumahan China dapat memukul ekonomi dan permintaan minyak negara tersebut, ungkap Louise Dickson, analis Rystad Energy. China adalah importir minyak terbesar dunia.

BACA JUGA   Pendapatan PGN Tumbuh 2 Persen di Kuartal I 2025, Ini Strateginya

Permintaan minyak akan meningkat tajam dalam beberapa tahun ke depan karena ekonomi pulih dari pandemi, OPEC memperkirakan pada Selasa, menambahkan bahwa dunia perlu terus berinvestasi dalam produksi untuk mencegah krisis bahkan ketika bertransisi ke bentuk energi yang lebih bersih.

Sejumlah anggota kelompok produsen OPEC Plus, yang mencakup sekutu OPEC, Rusia dan beberapa negara lain, memangkas produksi selama pandemi, dan mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan yang mulai pulih kembali.

Eksportir minyak terbesar di Afrika, Nigeria dan Angola, akan berjuang sampai setidaknya tahun depan untuk meningkatkan output ke kuota yang ditetapkan oleh OPEC , ungkap narasumber di masing-masing perusahaan minyak, mengutip masalah minimnya investasi dan pemeliharaan.

Produksi Amerika terganggu oleh Badai Ida dan Nicholas, yang menghantam Teluk Meksiko AS pada Agustus dan September, merusak platform, jaringan pipa, dan pusat pemrosesan. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *