

Marak Fenomena Raksasa Energi Kabur dari Indonesia, EWI: Penyebabnya 2 Hal
ENERGIOPINI December 23, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Akhir-akhir ini, beberapa perusahaan energi raksasa dunia memutuskan hengkang dari Indonesia. Setelah Shell dan Chevron, kini giliran ConocoPhillips menghentikan investasinya di sektor hulu migas RI. Padahal di satu sisi, Indonesia sangat membutuhkan investor guna mencapai target lifting minyak 1 juta BOPD dan 12 MMScfd gas di 2030.
Analis Energi, Ferdinand Hutahaean pun buka suara mengenai hal ini. Setidaknya ada dua hal yang menurutnya membuat perusahaan-perusahaan migas asing memilih hengkang dari bumi pertiwi.
“Yang pertama itu adalah terkait dengan regulasi, pengenaan pajak segala macam dan mereka ini melihat bahwa ini akan jadi pekerjaan berat, terutama dari sisi finansial. Mereka akan mengeluarkan dana besar-besaran tetapi tidak mendapat keringanan-keringanan dalam bentuk insentif,” ujar Ferdinand yang juga merupakan Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, saat dihubungi Situsenergi.com, Kamis (23/12/2021).
Menurut Ferdinand, sektor hulu migas Indonesia saat ini memang bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan seperti terdahulu. Membutuhkan effort atau usaha yang luar biasa untuk mendapatkan cadangan minyak dan gas, karena eksplorasi saat ini sudah tidak lagi dilakukan di wilayah darat maupun laut dangkal, sehingga hal ini memerlukan teknologi yang lebih mutakhir serta modal yang sangat besar.
“Ini tentu resiko sangat tinggi akan ditanggung oleh perusahaan-perusahaan yang bermain di sektor ini, sehingga saya melihat ada kecenderungan bahwa mereka melihat analisis resiko. Resikonya terlalu besar daripada apa yang akan didapat. Dan operasional, ini yang membuat mereka mengurungkan niatnya dan lebih bagus mereka fokus kepada hal-hal lain yang dianggap akan lebih menguntungkan ke masa depan,” kata Ferdinand.
Kemudian alasan yang kedua, kata Ferdinand, Perusahaan-perusahaan raksasa migas dunia saat ini sudah mulai memikirkan bagaimana mereka menjalankan bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT). Isu EBT sendiri saat ini memang sedang hangat dibicarakan, karena ini menyangkut pengendalian terhadap perubahan iklim. Bahkan, ia menyebut sektor migas saat ini telah memasuki usia senja.
“Karena perubahan energi ini kan suatu keniscayaan yang pasti akan terjadi. Program EBT ini kan sudah menjadi program dunia. Kita tahu penghapusan karbon segala macam penurunan panas bumi, ini kan menjadi program dunia yang tentu membuat sektor ini menjadi semakin tidak menarik apabila tidak diberikan insentif-insentif tertentu,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah perusahaan migas asing telah menyatakan mundur dari proyek hulu migas di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini. Mulai dari Shell yang menyatakan akan mundur dari blok gas raksasa RI, Blok Masela di Maluku, lalu Chevron Indonesia Company yang mundur dari proyek gas laut dalam Indonesia Deep Water Development (IDD) di Kalimantan Timur, dan terbaru ConocoPhillips yang menyatakan mundur dari Blok Corridor di Sumatera Selatan. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.