


Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak anjlok 2 persen ke level terendah satu pekan, Senin, setelah menyentuh tingkat tertinggi sejak 2018 di awal sesi. Kondisi tersebut dipicu lonjakan kasus Covid-19 di Asia dan Eropa, dimana hal itu menghentikan reli yang terjadi sebelum pertemuan OPEC Plus minggu ini.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD1,50 atau 2,0 persen, menjadi USD74,68 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, di New York, Senin (28/6/2021) atau Selasa (29/6/2021).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot USD1,14 atau 1,5 persen, menjadi menetap di USD72,91 per barel.
Penurunan tersebut mendorong kedua kontrak keluar dari wilayah jenuh beli dan merupakan penutupan terendah sejak 18 Juni. Sebelumnya di sesi yang volatile tersebut, Brent dan WTI melejit ke level tertinggi sejak Oktober 2018.
“Perkiraan untuk pemulihan permintaan minyak selama musim panas mungkin sedikit berlebihan, dan trader menghadapi kenyataan minggu ini saat varian Delta (Covid-19) mencapai Eropa, dan ketika lonjakan infeksi di Asia Tenggara dan Australia membawa kembali langkah penguncian,” kata Louise Dickson, analis Rystad Energy.
Indonesia berjuang melawan rekor kasus tertinggi, Malaysia akan memperpanjang penguncian dan Thailand mengumumkan pembatasan yang baru.
Minggu, Australia juga melaporkan salah satu jumlah tertinggi kasus virus corona pada tahun ini, yang didapat secara lokal, memicu penguncian di beberapa kota.
Semua mata pekan ini akan tertuju pada Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, untuk melihat apa yang terjadi pada pertemuan mereka, Kamis.
OPEC Plus meningkatkan pasokan sebesar 2,1 juta barel per hari (bph) dari Mei hingga Juli setelah memotong output selama pandemi, dan dapat memutuskan untuk menambah lebih banyak minyak pada Agustus setelah harga pekan lalu naik selama lima minggu berturut-turut.
Proyeksi OPEC menunjukkan defisit pasokan minyak pada Agustus dan seluruh 2021 ketika ekonomi pulih dari pandemi, menunjukkan OPEC Plus memiliki ruang untuk meningkatkan produksi.
Analis ANZ Australia dan ING Belanda memperkirakan OPEC Plus akan meningkatkan produksi sekitar 500.000 bph pada Agustus.
Namun dalam langkah yang mengejutkan beberapa pengamat pasar, Abu Dhabi National Oil Co (ADNOC) akan mengurangi volume minyak mentah yang dipasok ke pembeli berjangka Asia sebesar 15 persen pada September, menurut narasumber. Tidak dijelaskan mengapa ADNOC memotong pasokan.
Dan di Rusia, produksi minyak menurun sepanjang Juni dari tingkat rata-rata pada bulan sebelumnya meski harga minyak reli dan pengurangan produksi OPEC Plus menyusut, narasumber yang mengetahui data tersebut mengatakan kepada Reuters , Senin.
Iran dan Amerika Serikat, sementara itu, diperkirakan melanjutkan perundingan tidak langsung terkait upaya menghidupkan kembali pakta 2015 mengenai program nuklir Teheran.
Perjanjian dapat mengarah pada pencabutan sanksi Amerika dan lebih banyak minyak mentah Iran di pasar.
Tetapi ketegangan meningkat setelah serangan udara Amerika, Minggu, terhadap milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah. Irak dan Suriah mengutuk serangan sepihak Amerika sebagai pelanggaran kedaulatan mereka.
Senin, Iran mengatakan pihaknya belum memutuskan apakah akan memperpanjang kesepakatan pemantauan dengan pengawas nuklir PBB yang berakhir pekan lalu. (SNU/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.