Jakarta, situsenergy.com
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan bahwa produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi (migas) nasional hingga kuartal I 2020, mencapai 1,749 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalen per day/BOEPD) atau 90,4 persen dari target lifting nasional sebesar 1,946 juta BOEPD.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, capaian lifting migas tersebut melampaui target teknis dalam Work, Program and Budget (WP&B) 2020 sebesar 1,728 juta BOEPD atau mencapai 101 persen. “Artinya, kita berhasil melakukan langkah-langkah kreatif untuk meningkatkan produksi,” jelas Dwi di Jakarta, Sabtu (18/4).
Memurut dia, lifting minyak di kuartal I 2020 telah mencapai 701 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 93 persen dari target APBN, yaitu 755 BOPD. “Sedangkan lifting gas 5.866 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 88 persen dari target APBN, yaitu 6.670 MMSCFD,” ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan, meski belum mencapai target APBN mengingat kemampuan cadangannya, capaian ini telah mendorong upaya optimalisasi serta pengembangan baru melalui pengeboran sumur baru, onstream proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal.
“Khusus lifting gas, ada penambahan 78 MMSCFD dari tiga proyek onstream, yaitu Lapangan Buntal-5 (45 MMSCFD), Grati Pressure Law (30 MMSCFD) dan Randugunting (3 MMSCFD),” ungkap Dwi.
Dwi mengakui, eberhasilan menjaga lifting migas diakui lantaran implementasi pelaksanaan digitalisasi melalui integrated operation center (IOC) sejak 31 Desember 2019 serta beroperasinya layanan one door service policy (ODSP) per Januari 2020.
“Pelaksanaan pilar transformasi tersebut memberikan andil pada upaya peningkatan pengawasan dan memangkas birokrasi dengan penyelesaian berbagai perizinan dalam satu platform layanan ODSP dengan waktu yang lebih cepat, telah memberikan dampak positif bagi pelaksanaan investasi hulu migas 2020 di tengah tantangan wabah corona, COVID-19,” papar Dwi.
Pada kesempatan itu, ia juga mwngungkapkan soal ditemukannya cadangan migas di tiga lapangan sepanjang kuartal I tahun 2020. Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutka, bahwa penemuan cadangan migas tersebut yang diperkirakan mencapai 136,5 juta barel setara minyak (BOE).
Menurut Dwi, penemuan tersebut terdiri dari satu temuan cadangan minyak oleh Texcal Mahato setelah menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi PB-2 Blok Mahato sebesar 61,8 juta barel minyak. Selanjutnya, ada penemuan yang diperoleh dari Medco E&P dari pengeboran sumur Bronang-2 sebesar 79 miliar kaki kubik gas (BCFG).
“Penemuan Lapangan Bronang menjadi penunjang pengembangan Lapangan Faroel sehingga produksinya bisa mencapai hingga 10.000 barel minyak per hari (BOPD),” kata ya.
Selanjutnya Pertamina EP (PEP) yang berhasil menemukan cadangan gas sebesar 333,6 BCFG dari hasil penyelesaian pengerjaan eksplorasi sumur Wolai-002 di Banggai, Sulawesi Tengah. “Saya harap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) segera mengusulkan proposal Plan of Development,” kata Dwi.
Secara keseluruhan sepanjang Kuartal I 2020, perbandingan antara cadangan migas yang ditemukan dengan yang diproduksi (Reserve Replacement Ratio/RRR) di Indonesia mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya.
“Hingga 31 Maret RRR Migas di Indonesia mencapai 47,5 juta barel setara minyak. Kenaikan ini tak lepas dari kontribusi penemuan cadangan lapangan di Lapangan OPLL West Natuna terutama di bulan Maret sebesar 6 persen.” Demikian Dwi Soetjipto.(ERT/rif)
Leave a comment