

Konsumsi Premium di Jateng Masih Tinggi, Perlu Upaya Serius Agar Masyarakat Mau Beralih ke Pertamax cs
ENERGI November 13, 2020 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
Sepanjang masa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga transisi new normal di wilayah Semarang dan Jawa Tengah, berdasarkan pengamatan tidak terjadi perbedaan yang mencolok terkait dengan pengurangan polusi udara.
Majelis Lingkungan Hidup PWM Jateng Agus Hadiyanto dalam diskusi daring dengan YLKI mengatakan, salah satu penyebab dari tidak menurunnya tingkat polusi udara yakni akibat penggunaan BBM jenis premium dan solar yang masih sangat tinggi.
“Berdasarkan pengamatan di Semarang, tidak terlihat perbedaan yang mencolok terkait dengan polusi Udara antara sebelum dan sesudah new normal. Kebetulan frekuensi hujan juga sudah mulai turun. Namun kebiasaan masyarakat untuk berburu premium di Semarang (padahal mobilnya keluaran baru, dengan faktor kompresi 11) masih sangat ramai sampai antri. Mereka tidak tahu kalau pakai premium lebih boros,” ujar Agus, Jumat (13/11/2020).
Agus mengatakan, sebagian besar masyarakat Jateng, khususnya di Semarang, belum paham betapa pentingnya penggunaan BBM berkualitas terhadap kendaraan dan lingkungan. Mereka, kata Agus, masih berfikir bahwa Premium dari segi harga adalah BBM yang paling efisien, meski sebenarnya dari sisi teknis dan lingkungan, jauh lebih tidak efisien.
“Mereka tidak tahu beberapa hidrokarbon yang terlarut dalam premium tidak sempat terbakar dan keluar bersama emisi gas. Perlu pencerahan oleh YLKI atau Akademisi bahwa pakai premium lebih boros dibanding pertamax dan lebih polusi,” ujar Agus.
Hal ini, kata Agus, perlu keseriusan seluruh pihak. Tak hanya Kementerian LHK dan Kementerian ESDM saja, melainkan juga Pertamina hingga YLKI harus turun langsung ke Masyarakat dan memberikan pemahaman. Selain itu, lanjut Agus, pola subsidi BBM juga harus diubah agar lebih tepat sasaran.
“Silahkan YLKI menginventarisasi konsumen yang terdampak jika premium tidak ada. Kepada mereka yang terdampak bisa mendapatkan subsidi bantuan BBM,” tuturnya.
Sementara itu, pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan yang diwakili oleh Ilham CN dalam diskusi virtual itu mengatakan, untuk di wilayah Kabupaten Pacitan di Jawa Timur, tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sudah cukup meningkat. Ia mengungkap bahwa pengguna BBM Premium di wilayah Pacitan, semakin hari sudah semakin berkurang.
“Selama new normal berlangsung, kondisi penggunaan BBM mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penggunaan premium di Kab. Pacitan juga sudah mengami penurunan yang cukup besar selama 1 tahun terakhir, baik dari level pedangang eceran hingga di SPBU. Kendaraan pribadi dan umum juga sudah mulai beralih ke pertalite dan pertamax, meskipun masih ada yang masih memilih premium bagi kendaraanya,” ungkapnya.
Menurut Ilham, kondisi di Kabupaten Pacitan, dimana terjadi peralihan konsumsi ke BBM berkualitas, maka hal itu berbanding lurus dengan membaiknya kualitas udara di wilayah tersebut. Disisi lain, Pemda Kabupaten Pacitan juga disebut terus menambah luasan ruang terbuka hijau. Ia mengklaim, polusi udara di Pacitan saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya.
“Tingkat kualitas udara di Kab. Pacitan diindikasikan semakin baik selama pandemi berlangsung, ini berkaitan dengan jumlah kendaraan dan ditambah lagi jumlah kendaraan di Pacitan juga tidak seramai kota-kota besar. Dalam beberapa bulan terakhir dari DLH sendiri juga telah membuka ruang terbuka hijau baru untuk mempernbaiki kondisi udara di Kab. Pacitan. Upaya ini termasuk perbaikan kondisi taman ataupun pembentukan taman di kawasan strategis yang memiliki potensi pencemaran udara,” pungkasnya. (SNU/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.