

Komisi VII DPR : Tarik Menarik Kepentingan Di RUU EBT Luar Biasa
ENERGI November 27, 2020 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, situsenergy.com
Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengungkapkan betapa tarik menarik kepentingan didalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru dan Terbarukan (EBT), terjadi luar biasa. Namun demikian, Sugeng memastikan bahwa pihaknya tidak akan mundur selangkah pun, untuk menuntaskan RUU EBT yang disebutnya sangat penting untuk keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesian
“Kami teguh, dan kebetulan kami dari fraksi Nasdem dari awal memang sangat concern dengan kondisi ini, kebetulan kamien jadi pimpinan komisi VII, kami juga berembuk dengan pimoinan lain, baik PDIP, dari Golkar, dari Gerindra dan PAN, yang mereka semua wakil pimpinan Komisi VII untuk sama-sama menjadikan ini sebagai prioritas,” ujar Sugeng dalam diskusi virtual yang diselenggarakan YLKI, Jumat (27/11/2020).
Sugeng mengungkapkan, ketika pihaknya menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Pertamina.maupun stakeholder lain, termasuk Kementerian ESDM, pihaknya keras sekali menyuarakan soal EBT tersebut.
“Kita sama-sama concern lah ya, bagaimana UUD kita juga mengamanahkan kita harus melindungi lingkungan dan sebagainya, intinya adalah peran negara harus melindungi warganya dari ancaman, termasuk dari polusi udara, dimana aturan turunan juga ada UU Kesehatan dan lain-lain,” tuturnya.
Sementara itu, disisi lain kata dia, memang harus dibedah kembali soal harga BBM. Ia sepakat bahwa persoalan shifting dari BBM premium cs ke BBM yang lebih ramah lingkungan seperti Pertamax cs, masalah dasarnya yakni soal harga jual dan kemampuan beli masyarakat.
“Semua komponen dari hulu sampai hilir kita bedah, persoalan disitu yakni soal crude, kedua adalah persoalan transportasi, termasuk juga kita bedah lagi di transportasi, ternyata Pertamina itu sebagian besar pakai Kapal tua. Inilah yang menjadi tidak efisien dari Pertamina dalam memproduksi BBM,” ungkapnya.
Selain itu, masalah lainnya yang mengakibatkan inefisiensi yakni masalah kilang-kilang refinery yang sudah tua. Kilang-kilang tersebut tidak bisa sembarangan mengolah crude. Misal hanya bisa digunakan untuk crude tertentu dan kapasitasnya terbatas.
“Ini juga menjadi problem. Jadi kita harus membenahi semuanya, mulai dari hulu hingga persoalan hilir. Jadi concern kita adalah, bagaimana mendorong Pertamina untuk efisien dalam memproduksi, dan ini dalam pengawasan kita,” pungkasnya. (SNU/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.