Home ENERGI Ketegangan Di Timur Tengah, Harga Minyak Jadi Perhatian Pemerintah
ENERGI

Ketegangan Di Timur Tengah, Harga Minyak Jadi Perhatian Pemerintah

Share
Share

Jakarta, SitusEnergy.com

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyadari bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah antara Iran dan AS berisiko terhadap kondisi perekonomian di Indonesia.

Suahasil menyoroti soal harga minyak dunia yang sudah mulai melambung. Padahal di Indonesia, harga minyak sangatlah sensitif, terlebih bisa berdampak pada APBN Indonesia, karena terkait dengan subsidi BBM pemerintah.

“Tentu ini jadi perhatian. Kita perhatikan ini terus di APBN 2020 kita menaruh harga minyak perkiraan kita US$65 ya, kita lihat aja bagaimana pergerakannya,” ujar Suahasil di Jakarta, Kamis (9/1).

“Kalau dilihat terjadi eskalasi di Timur Tengah ketika itu terjadi salah satu yang perubahannya cepet di pergerakan harga minyak dunia dalam beberapa hari dia bergerak lumayan cepat,” imbuhnya.

Meski demikian, tak hanya variable harga minyak dunia saja. Pasalnya, kondisi Indonesia saat ini cenderung sedang terbantu dengan rendahnya tingkat inflasi, serta kurs rupiah yang cenderung masih stabil.

“Dampaknya ke APBN itu juga dipengaruhi variabel yang lain, seperti kurs rupiah, dan juga lifting minyak. Nanti setiap bulan kita akan update,” pungkasnya.

Sebelumnya, Pengamat Energi Mamit Setiawan berpendapat, bahwa pemerintah sebagai regulator dalam penetapan harga dan formula jual BBM di Indonesia, sebaiknya tidak membebani Pertamina dengan mempertahankan harga BBM di level murah, pada saat harga minyak dunia melambung.

“Saya kira ini akan jadi buah simalakama terutama untuk Pertamina. Jika tidak menaikan maka mereka akan mengalami potensial loss karena menanggung selisih biaya produksi, khususnya pada BBM bersubsidi. Meskipun nanti akan diganti pemerintah melalui dana konpensasi, tapi dana tersebut belum tahu kapan akan dibayarkan,” ujar Direktur Eksekutif Energy Watch ini saat dihubungi, Situsenergy.com Kamis (9/1).

Kemudian di sisi lain, perang Iran-AS juga sebetulnya memberikan dampak positif juga, khususnya karena Indonesian Crude Price (ICP) juga akan terdongkrak naik. Indonesia, kata Mamit, harus memaksimalkan potensi tersebut, meski sekecil apapun.

“Langkah yang perlu saya kira adalah kita coba berhemat pemakaian BBM serta pembangunan kilang harus segera di lakukan agar bisa mengurangi impor BBM produk. Selain itu program diversifikasi energi juga harus segera di jalankan,” tuturnya.(SNU/rif)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Elnusa Perkuat Produksi Migas Nasional Lewat Teknologi Coiled Tubing

Jakarta, Situsenergi.com PT Elnusa Tbk terus menunjukkan peran strategisnya dalam mendukung peningkatan...

Waskita Karya Infrastruktur Lepas Saham di Waskita Sangir Energi Rp179,9 Miliar

Jakarta, situsenergi.com PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) resmi melepas kepemilikan sahamnya di...

ESDM Bekukan 190 Izin Tambang, ESG Jadi Syarat Mutlak di Industri Minerba

Jakarta, situsenergi.com Penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin mendapat perhatian...

Astra Perkuat Transisi Energi, Targetkan 50 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Jakarta, Situsenergi.com Astra melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN), yang bergerak di...