Logo SitusEnergi
Kemenperin Apresiasi Pertamina CS Yang Bangun Pabrik Hilirisasi Batubara Kemenperin Apresiasi Pertamina CS Yang Bangun Pabrik Hilirisasi Batubara
Jakarta, situsenergy.com Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi PT. Bukit Asam Tbk (PTBA), PT. Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk... Kemenperin Apresiasi Pertamina CS Yang Bangun Pabrik Hilirisasi Batubara

Jakarta, situsenergy.com

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi PT. Bukit Asam Tbk (PTBA), PT. Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang tengah mengembangkan industri hilirisasi batubara di mulut tambang Tanjung Enim. Keempat perusahaan tersebut telah menyepakati  untuk membangun pabrik pengolahan batubara kalori rendah dengan teknologi gasifikasi pada Desember 2017 lalu.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan dengan adanya gasifikasi batu bara tersebut maka akan dihasilkan produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi yaitu urea, Dimethyl Ether (DME), serta polypropylene. Dengan kemampuan memproduksi produk – produk tersebut maka tingkat importasi Indonesia akan dapat ditekan.

“Teknologi gasifikasi memungkinkan konversi batubara kalori rendah menjadi synthetic gas (syngas) yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi DME sebagai bahan bakar dan substitusi impor LPG, urea sebagai pupuk, serta polypropylene sebagai bahan baku plastik,” kata Airlangga di Jakarta, Senin (4/3).

Kebutuhan anggaran untuk pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi batubara ini diperkirakan mencapai USD1,2 miliar. Ditaksir pabrik ini akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 1.400 orang yang akan dimulai beroperasi pada November tahun 2022.

BACA JUGA   Pefindo Naikkan Rating Elnusa ke idAA+, Outlook Stabil

“Produksinya nanti dapat memenuhi kebutuhan sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun, dan 450 ton polypropylene per tahun,” ungkap Airlangga.

Dengan target pemenuhan pasar tersebut, diproyeksi kebutuhan batubara sebagai bahan baku sebesar 7-9 juta ton per tahun, termasuk untuk mendukung kebutuhan batubara bagi pembangkit listrik. Hilirisasi yang akan dilakukan ini diperkuat dengan total sumber daya batubara sebesar 8,3 miliar ton dan total cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton.

Airlangga menambahkan bahwa nilai tambah yang bisa dihasilkan di pabrik Tanjung Enim ini senilai USD270 juta tanpa pengolahan. Asumsi ini dengan catatan apabila kebutuhan batubara dalam proyek ini mencapai 9 juta ton per tahun dengan harga komoditasnya USD30 per ton. Namun apabila ada satu pabrik polypropylene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, maka dapat menghasilkan USD4,5 miliar. Apalagi, akan ada pabrik pupuk dan DME itu minimal mencapai USD7 miliar devisa yang bisa kita hemat.

Menurut Airlangga, industri hilirisasi batubara ini sangat penting untuk memperkuat struktur industri dan optimalisasi perolehan nilai tambah dalam rangka peningkatan daya saing sektor manufaktur, termasuk dalam penguatan kemandirian industri petrokimia di Indonesia. Adanya keterkaitan yang luas dengan sektor industri lain tak pelak menjadikan sektor industri petrokimia sebagai tolok ukur tingkat kemajuan suatu negara, selain industri baja.

BACA JUGA   Gandeng INPEX Masela, Badak LNG Siap Panaskan Proyek Gas Raksasa di Indonesia

“Tak heran jika keberadaan industri petrokimia sering menjadi backbone dari sebagian besar sektor industri di dunia,” terangnya. (DIN)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *