Logo SitusEnergi
Jangan Kuatir Pak Erick, PLN Takkan Bernasib Sama Dengan Garuda! Jangan Kuatir Pak Erick, PLN Takkan Bernasib Sama Dengan Garuda!
Jakarta, Situsenergi.com PT. PLN (Persero) disebut tidak akan bernasib sama seperti PT. Garuda Indonesia Tbk, meski sama-sama punya utang segunung. Sebagaimana diketahui, utang PLN... Jangan Kuatir Pak Erick, PLN Takkan Bernasib Sama Dengan Garuda!

Jakarta, Situsenergi.com

PT. PLN (Persero) disebut tidak akan bernasib sama seperti PT. Garuda Indonesia Tbk, meski sama-sama punya utang segunung. Sebagaimana diketahui, utang PLN sebesar Rp500 triliun, sedangkan Garuda sebesar Rp70 triliun.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, saat dihubungi Situsenergi.com, Sabtu (10/7/2021).

“Saya melihatnya bahwa kondisi PLN berbeda dengan Garuda. PLN sebagai BUMN yang menjalankan PSO (Public Service Obligation) dari pemerintah dan menguasai hajat hidup orang banyak tidak akan dibiarkan bangkrut oleh Pemerintah. Saya masih melihat pemerintah perduli terhadap PLN,” ujar Mamit.

Kucuran PMN

Mamit mengakui, banyak hal yang harus diperbaiki dari PLN. Namun demikian, seluruh hal itu didukung penuh oleh Pemerintah, salah satu contohnya dengan kucuran Penyertaan Modal Negara (PMN).

“Memang, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan dikelola oleh PLN, tapi itu semua harus mendapatkan dukungan dari semua stakeholder. PLN harus melakukan efisiensi, pastinya mereka mereka lakukan karena beban usaha mereka tahun ini berkurang jika dibandingkan 2019,” ungkapnya.

Mamit juga mengapresiasi, meski disaat kondisi pandemi, PLN tetap mampu memberikan stimulus kepada masyarakat.

“Ditengah kondisi pandemik ini,PLN masih memberikan stimulus kepada masyarakat terkait dengan tarif listrik tapi disisi lain sudah lama tidak ada tarif adjusment pastinya beban akan semakin meningkat,” jelasnya.

Pandemi, kata Mamit, mengakibatkan konsumsi listrik berkurang, namun disisi lain Independent Power Producer (IPP)  banyak yang mulai Commercial On Delivery (COD). Hal ini akan menjadi beban tersendiri bagi PLN, karena dengan skema Take Or Pay (TOP), maka PLN harus membeli listrik yang dihasilkan IPP.

BACA JUGA   Dari Kartini ke PLN: Perempuan Kini Punya Peran Strategis di Energi Nasional

“Nah  mereka (PLN) harus ambil listriknya. Jadi beban PLN ini memang berat. Karenanya PLN saya kira harus bisa memilah-milah project-project yang utama dalam rangka efisiensi dan mengurangi beban keuangan mereka sehingga tidak bleeding terus,” usulnya.

“Tapi efisiensi itu jangan mengurangi keandalan PLN dalam mendistribusikan listrik ke masyarakat. Karena listrik sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat,” pungkasnya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebelnya mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk menyehatkan kondisi keuangan PT PLN (Persero). Sebab PLN saat ini punya utang hingga Rp 500 triliun.

Salah satu langkah yang diambil adalah dengan meminta PLN untuk memangkas belanja modal (capital expenditure/capex) hingga 50 persen.

Mamit Setiawan: Bauran EBT 23 Persen di 2025 Sulit Tercapai
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan

“PLN itu utangnya Rp 500 triliun, tidak ada jalan kalau tidak segera disehatkan. Salah satunya, itu kenapa sejak awal kami meminta capex PLN ditekan sampai 50 persen,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (3/6/2021). (SNU/RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *