Logo SitusEnergi
 Investor Asing Dominasi Tambang Indonesia  Investor Asing Dominasi Tambang Indonesia
Jakarta, situsenergy.com Pengusaha lokal di Tanah Air rupanya masih bisa dihitung dengan jari yang masuk dan berinvestasi di sektor pertambangan. Ada beberapa alasan yang...  Investor Asing Dominasi Tambang Indonesia

Jakarta, situsenergy.com

Pengusaha lokal di Tanah Air rupanya masih bisa dihitung dengan jari yang masuk dan berinvestasi di sektor pertambangan. Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab keengganan mereka berinvestasi. Apa saja alasannya?

Menurut Rachman Wiriosudarmo, pengamat pertambangan dari Natural Resources Center (NRC) terdapat beberapa faktor.

“Pengusaha nasion kita tidak mau terjun sejak masa explorasi,” kata Rachman, pada sejumlah media, Jumat (18/5) di Jakarta. Ada juga karena masih membutuhkan faktor sejarah pengalaman panjang dan mahal.

Hal lain yang menyebabkan pengusaha nasional enggan masuk ke dunia pertambangan, ungkap Rachman, karena masih banyak pilihan investasi lain. Misalnya masih ada bidang properti, manufacturing, perhotelan, konstruksi dan lain semacamnya.

“Ada pula pengusaha pertambangan yang berharap pada kebijakan divestasi,” lanjutnya. Disamping itu,  pengusaha kita selama ini hanya mengandalkan modal KP (Kuasa Pertambangan).

Ciri lainnya, imbuh Rachman, pengusaha kita hanya mau terjun pada endapan yang mudah. Selanjutnya juga tetap membutuhkan dukungan investor asing.

“Kalau begini terus, kapan mau   jadi tuan rumah di negara sendiri,” tandas Rachman. Karena itu tidak heran bila selama ini investor asing mendominasi sektor pertambangan dalam negeri.

BACA JUGA   Ultah Ke-17, PDSI Rayakan dengan Donor Darah: Biar Nggak Cuma Tiup Lilin

Walaupun demikian, Rachman berharap agar pemerintah tetap dapat mengembangkan visi pembangunan di daerah berbasis Sumber Daya alam. “Perkuat kemampuan pengendalian (SDM, lembaga, teknologi) dan berlakukan investor asing sebagai mitra pembangunan,” katanya. Disamping itu dapat men dorong explorasi (me ngungkap potensi mineral nasional). “Istilahnya dapat banyak “telur” lebih penting dari kepemilikan “ayam”nya,” cetus Rachman. (Fyan)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *