

Ini Dia Kendala Hadirkan PLTN di Tanah Air
ENERGI December 7, 2018 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah obsesi Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Hal tersebut diungkapkan oleh Djarot disela-sela puncak peringatan 60 tahun BATAN, Rabu (5/12) di kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan (Tangsel) Banten. Untuk mewujudkan impiannya, BATAN mencari mitra kerja yang sebanyak-banyaknya.
BATAN, menurut Djarot tidak bisa sendirian mewujudkan PLTN. Lembaga ini harus berkolaborasi dengan banyak instansi dan pihak.
Saat ini, BATAN dan Kabupaten Agam Sumatera Barat sedang melakukan penjajakan dibidang pengembangan non energi teknologi iradiasi nuklir. Bupati Agam, Indra Catri Dt Malako Nan Putiah menyatakan bahwa Agam yang memiliki kekayaan kuliner, seperti rendang dan lain semacamnya perlu dikembangkan dengan sentuhan teknologi iradiasi nuklir. “Ini agar memberikan nilai tambah eknomis,” kata Indra.
Penyandang gelar Doktor Ilmu Pemerintahan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ini mengakui pihaknya sedang dalam proses lamaran untuk menjalin kemitraan dengan BATAN. Selain kuliner juga ada padi dan durian yang perlu dikembangkan dengan sentuhan teknologi nuklir.
Sementara itu, Djarot tidak memungkiri terdapat beberapa kendala untuk menghadirkan PLTN di dalam negeri. Dia menuturkan terdapat beberapa kendala sehingga PLTN di Tanah Air belum terwujud hingga usianya yang ke 60 tahun. “Sebenarnya kendala PLTN bukan terletak pada aspek teknis. Non teknis lebih banyak menentukan,” papar Djarot.
Utamanya menyangkut keputusan politik pemerintah. “Ini kita sampaikan apa adanya,” tandasnya. Uni Emirat Arab saja membutuhkan waktu hingga 8 tahun untuk memutuskan go nuclear.
Aspek lainnya, lanjut Djarot, adalah pada pemilihan lokasi. “Pak Kurtubi, anggota Komisi VII DPR pernah mengusulkan dan minta agar PLTN bisa dibangun di NTB. Tapi kita kan harus mengetahui secara detil wilayah NTB. Kita tahu NTB rawan gempa,” ujar Djarot. PLTN membutuhkan lokasi yang secara teknis aman dari gempa bumi.
Dia juga mengutarakan, walaupun secara teknis aman tapi secara sosial, pembangunan PLTN juga bisa mendapatkan tantangan tersendiri. Terutama dari masyarakat sekitar lokasi yang nantinya bakal dibangun PLTN. Karena itu, lanjut Djarot, pihaknya memutuskan untuk tidak sendirian membangun PLTN.
Lebih jauh Djarot berharap agar pembangunan PLTN menjadi program nasional. “Bila jadi program nasional maka proses sosialisasinya bukan hanya dari BATAN saja,” katanya.
Aspek lain yang menjadi kendala pembangunan PLTN adalah tingkat keekonomiannya. “Wamen ESDM, Pak Arcandra, pernah menanyakan bagaimana keekonomian PLTN. Berapa investasi dan harga listrik PLTN per kWh nya,” kata Djarot.
Harganya berkisar antara 11 – 12 sen per kilo Watt hour (kWh). Tetapi yang realistis adalah 6 – 7 sen per kWh. Djarot juga mengakui bahwa kelemahan PLTN adalah investasi awalnya yang cukup mahal. Selain mahal, lanjut Djarot, proses pembangunannya sangat lama. (Fyan)
No comments so far.
Be first to leave comment below.