Logo SitusEnergi
Inflasi Akibat BBM Masih Tertahan Penurunan Harga Hortikultura Inflasi Akibat BBM Masih Tertahan Penurunan Harga Hortikultura
Jakarta, Situsenergi.com Kementerian Perekonomian menyebutkan meski inflasi bulan September 2022 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) disumbang akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)... Inflasi Akibat BBM Masih Tertahan Penurunan Harga Hortikultura

Jakarta, Situsenergi.com

Kementerian Perekonomian menyebutkan meski inflasi bulan September 2022 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) disumbang akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar, namun inflasi itu dianggap lebih baik akibat tertahan adanya penurunan harga komoditas pangan.

“Secara bulanan, inflasi September terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan, dan solar. Namun demikian, tekanan inflasi masih bisa tertahan oleh penurunan harga aneka komoditas hortikultura seperti bawang merah dan aneka cabai”, ungkap Menko Airlangga dalam pernyataannya, dikutip Selasa (04/10/2022).

Secara bulanan, kata dia, inflasi September 2022 sebesar 1,17% (MtM) merupakan tertinggi sejak Desember 2014 sebesar 2,46% (MtM), di mana pada saat itu inflasi juga didorong dari penyesuaian harga bensin dan solar yang dilakukan pada 17 November 2014.

Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur Pemerintah (Administered Prices) mengalami inflasi sebesar 6,18% (MtM) sehingga inflasi tahun kalendernya mencapai 11,99% (YtD) dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 13,28% (YoY).

Bensin memberikan andil sebesar 0,89% sementara solar memberikan andil 0,03%. Penyesuaian harga BBM tersebut juga mendorong adanya kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan seperti tarif angkutan dalam kota (andil inflasi 0,09%), tarif angkutan antar kota (andil inflasi 0,03%), tarif angkutan roda 2 online (andil inflasi 0,02%) dan tarif angkutan roda 4 online (andil inflasi 0,01%).

BACA JUGA   Bahlil Goda Perusahaan Migas: Garap Proyek CCS, Dapat Insentif Manis!

“Inflasi tarif angkutan diperkirakan masih akan dirasakan pada bulan Oktober, melihat beberapa daerah belum melakukan penyesuaian tarif,” kata dia.

Namun diharapkan dampaknya tidak akan terlalu besar, mempertimbangkan daerah mulai dapat menjalankan program pengendalian inflasi termasuk bantuan di sektor transportasi maupun logistik, dari penggunaan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) maupun belanja wajib 2% Dana Transfer Umum (DTU).

Ditambahkannya, inflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food), tercatat mengalami deflasi sebesar -0,79% (MtM) atau 9,02% (YoY). Aneka komoditas hortikultura yang memberikan andil deflasi tertinggi yakni bawang merah, cabai merah dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,06%, -0,05% dan -0,02%.

Penurunan harga disebabkan tercukupinya pasokan seiring masih berlangsungnya musim panen raya di berbagai daerah sentra produksi. Sementara beras masih mengalami kenaikan pada September dan memberikan andil inflasi 0,04%.

“Beras telah mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir, sehingga dihimbau bagi seluruh daerah untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) berkoordinasi dengan Bulog setempat,” ungkap Menko Airlangga.(SA/SL)

tag: Harga BBM, Energi

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *