Logo SitusEnergi
Inas: PLTS Atap Hanya Untungkan Golongan Mampu Inas: PLTS Atap Hanya Untungkan Golongan Mampu
Jakarta, Situsenergi.com Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) disebut oleh praktisi energi, Inas N Zubir hanya menguntungkan golongan mampu. Disisi lain, masyarakat... Inas: PLTS Atap Hanya Untungkan Golongan Mampu

Jakarta, Situsenergi.com

Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) disebut oleh praktisi energi, Inas N Zubir hanya menguntungkan golongan mampu. Disisi lain, masyarakat kurang mampu tidak akan mendapat manfaat dari program tersebut.

Program PLTS Atap disebut Inas juga merugikan PLN sebagai BUMN penyedia listrik di Indonesia, karena tarif ekspor listrik dari PLTS Atap kepada PLN, setara dengan harga jual listrik PLN kepada pelanggan.

“PLTS Atap ini bisa jadi bumerang, misal saya orang kaya, saya punya sarang burung walet dan saya punya tanah 1 hektar, kemudian saya bikin bangunan dan saya bikin gentengnya terus pasang PLTS Atap, bawahnya cukup bangunan saja untuk sarang burung walet saja. Betapa nanti rusaknya pemandangan cuma ada bangunan, ada atapnya yang lebar dan diatasnya cuma ada solar panel,” ujar Inas yang juga Politisi Partai Hanura tersebut.

Tak hanya itu, kebijakan PLTS Atap sebagaimana diatur dalam Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2021 ini akan menjadi kacau karena tidak disertai perencanaan yang matang.

“Bayangkan semua orang sekarang bisa bikin panel surya terus ekspor listrik ke PLN, bangkrut nanti pembangkit listrik yang lain,” tuturnya.

BACA JUGA   IESR: Hadapi Perubahan Iklim, Akselerasi Pengembangan EBT Jadi Sebuah Keharusan

Inas pun mempertanyakan arah kebijakan energi pemerintah yang berubah-ubah. Menurutnya, pada program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MegaWatt yang dicanangkan Presiden Jokowi di periode pertama, didalam perencanaan memang didominasi PLTU Batubara. Namun demikian pada periode kedua, Presiden Jokowi justru putar haluan ke pembangkit listrik EBT, termasuk PLTS Atap. Padahal menurutnya, dengan konsen pemerintah pada EBT saat ini, tentu akan sangat sulit untuk mengejar target 35 ribu MegaWatt.

“Jangankan 35 ribu MegaWatt, 10 ribu MegaWatt saja setengah mati mengejarnya,” kata dia.

Jika memang pemerintah benar-benar ingin berbicara EBT saat ini, lanjut Inas, sebaiknya pemerintah fokus saja pada jenis pembangkit listrik lainnya seperti PLTP, PLTB, PLTA dan lainnya. Dalam kurun waktu saat ini hingga 2060 ketika pemerintah menargetkan Netral Emisi Karbon, maka pembangkit listrik yang lain juga harus menjadi perhatian.

“Kenapa tidak dari awal planning nya misalnya PLTA, tidak dari awal nuklir, kan itu yang seharusnya dikejar. Malah kemarin kok yang dikejar batubara. Kenapa? karena saat itu China mulai mengurangi impor batubara. Itulah makanya waktu itu ada kebijakan mengejar 35 ribu MegaWatt itu sebagian besar batubara,” pungkasnya. (SNU)

BACA JUGA   Dukung Pengembangan Kendaraan Listrik, Volta Luncurkan Produk Volta Plus+

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *