Logo SitusEnergi
ICP Juli Naik Jadi US$ 72,17 Per Barel ICP Juli Naik Jadi US$ 72,17 Per Barel
Jakarta, Situsenergi.com Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Juli lalu tercatat naik menjadi US$ 72,17 per barel dari posisi Juni sebesar... ICP Juli Naik Jadi US$ 72,17 Per Barel

Jakarta, Situsenergi.com

Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Juli lalu tercatat naik menjadi US$ 72,17 per barel dari posisi Juni sebesar US$ 70,23 per barel. Kenaikan harga ditopang oleh permintaan minyak global yang diproyeksikan naik pada kuartal ketiga ini.

Penetapan ICP ini tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 138.K/HK.02/MEM.M/2021. Sejalan dengan kenaikan rata-rata ICP, harga minyak (ICP) untuk Sumateran Light Crude (SLC) juga meningkat menjadi US$ 72,65 per barel dari bulan sebelumnya US$ 70,82 per barel.

Menurut Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Salah satunya, publikasi OPEC pada Juli lalu yang merevisi permintaan minyak mentah di triwulan III-2021 sebesar 60 ribu barel per hari (bph) menjadi 98,19 juta bph.

“Selain itu, publikasi Energy Information Administration (EIA) menyebut adanya kenaikan permintaan bensin di Amerika Serikat pada akhir Juli sebesar 152 ribu bph menjadi 9,3 juta bph dibandingkan akhir Juni,” kata Tim Harga Minyak Mentah Indonesia dalam keterangan resminya, Rabu (4/8).

BACA JUGA   PIS Pamer Inovasi Digital & Ramah Lingkungan di IMW 2025

Di sisi lain, sebut Tim Harga Minyak, produksi dan stok minyak diperkirakan turun. Publikasi OPEC di Juli lalu menurunkan proyeksi tingkat produksi negara-negara Non-OPEC pada tahun ini sebesar 30 ribu bph menjadi 63,8 juta bph dibandingkan bulan sebelumnya. Selanjutnya, EIA melaporkan stok Amerikat Serikat pada akhir Juli turun dibandingkan akhir Juni.

Sementara laporan International Energy Agendy (IEA) memperkirakan penurunan stok minyak mentah komersial di kuartal ini sebesar 16,7 juta barel menjadi 435,6 juta barel dan bensin sebesar 7,4 juta barel menjasi 234,2 juta barel. Penurunan stok tersebut merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir.

Penyebab lain kenaikan harga minyak mentah global, lanjut Tim Harga Minyak, adalah perbaikan perekonomian Amerika Serikat. Hal ini ditandai dengan perkiraan pertumbuhan produk domestic bruto (gross domestic product/GDP) tahunan sebesar 7,4% pada tahun, setelah turun 3,5% pada tahun 2020 (year on year/yoy).

“Terdapat peningkatan throughput kilang dunia pada Juni sebesar 1,6 juta bph dibandingkan Mei, dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada Juli dan Agustus dengan penambahan lanjutan hingga 2,7 juta bph,” ujar Tim Harga Minyak.

BACA JUGA   Pertamina Bor Sumur Kehidupan! 1.280 KK Sragen Kini Nikmati Akses Air Bersih

Faktor lainnya adalah adanya peningkatan indeks aviasi dunia pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya. Saat ini tren indeks aviasi ini menuju level 50% sebelum pandemi, khususnya dipicu negara-negara di Eropa dan Asia.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh naiknya real-time traffic index di beberapa negara utama Asia seperti Cina, Taiwan, Singapura dan Malaysia pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya. Kemudian, kilang terbesar Jepang Eneos di Kashima yang berkapasitas 168 ribu bph dan Sendai 145 ribu bph, kembali beroperasi pada akhir Juli setelah ditutup berturut-turut sejak awal Juli dan Juni.(ERT/RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *