Jakarta, situsenergy.com
Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN), Gigih Prakoso mengatakan, holding migas akan membuat PGN menjadi perusahaan besar kelas dunia. Pasalnya, dengan bergabung dalam holding BUMN migas, kemampuan PGN untuk menyediakan infrastruktur dan layanan akan semakin baik.
Gigih mengungkap, sejumlah problatika sektor migas yang belum terselesaikan hingga kini, diantaranya adalah pemanfaatan gas bumi yang belum optimal dikarenaakan manajemen rantai pasok yang masih lemah. Terlebih, bagi entitas usaha milik Negara, terdapat beberapa korporasi pelat merah yang bermain di sektor yang sama.
“Hal ini membuat pengelolaan dan pelayanan dari entitas milik Negara menjadi tidak maksimal. Hal ini menyebabkan tidak meratanya infrastruktur dan harga, terutama bagi segmen industry yang masih membutuhkan peyangga dari sisi pasokan bahan bakar,” ujar Gigih dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (8/11).
Di sisi lain, kata dia, infrastruktur gas yang juga terpisah-pisah menimbulkan kondisi yang tidak ideal bagi penguatan sektor energi nasional, terutama bagi penguatan industri nasional dengan mamanfaatkan gas bumi yang merupakan kekayaan alam Indonesia.
“Problematika itu merupakan salah satu contoh kendala bagi visi membangun kedaulatan energi nasional. Lebih maju dari sekadar sinergi BUMN, untuk sektor energi, pemerintah menyusun langkah maju untuk pembentukan Holding Migas,” tuturnya.
Gigih menambahkan, dengan tuntasnya pembentukan Holding Migas, di mana PT Pertamina (Persero) bertindak sebagai induk perusahaan sektor Migas, termasuk PGN strategi memperkuat sektor energi nasional perlahan diwujudkan. “Dengan adanya induk Pertamina, entitas usaha milik negara di sektor energi bisa diharmonisasi,” kata dia.
Paling konkret, ungkap Gigih, dengan bersatupadunya PGN dan PT Pertamina Gas (Pertagas) akan meningkatkan utilisasi infrastruktur dan memperkuat rantai pasok. “Infrastruktur PGN dan Pertagas jadi satu, seperti pipa transmisinya atau distribusinya, itu bisa lebih meningkatkan utilitas serta efisiensi bagi operasional keduanya,” imbuhnya.
Kemudian, dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung subholding gas ini menguasai lebih dari 96 persen portofolio hilir gas. Hal ini pun akan menyukseskan ketercapaian target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) hingga 2025, di antaranya sebanyak 4,7 juta sambungan rumah tangga baru, 6.302 kilometer pipa hilir, dan 5.437 kilometer pipa hulu.
“Dengan kekuatan tersebut, pelayanan gas bumi untuk semua segmen bisa dinikmati rakyat dari Aceh hingga Papua,” pungkasnya. (SNU)
Leave a comment