Logo SitusEnergi
Hilirisasi Nikel Untuk Smelter & Pabrik Baterai EV Capai USD30 Miliar Hilirisasi Nikel Untuk Smelter & Pabrik Baterai EV Capai USD30 Miliar
Jakarta, Situsenergi.com Hilirisasi mineral kritis (critical minerals) merupakan salah satu kebijakan utama pemerintah Indonesia dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta... Hilirisasi Nikel Untuk Smelter & Pabrik Baterai EV Capai USD30 Miliar

Jakarta, Situsenergi.com

Hilirisasi mineral kritis (critical minerals) merupakan salah satu kebijakan utama pemerintah Indonesia dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memanfaatkan teknologi ramah lingkungan.

“Hilirisasi nikel berhasil meningkatkan nilai ekspor produk turunan nikel. Hal itu dapat dilihat dari nilai ekspor yang meningkat delapan kali lipat dari USD4,31 miliar pada 2017 menjadi USD34,44 miliar pada 2023,” jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pernyataannya dikutip Selasa, (17/09/2024).

Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM bahwa hingga Juni 2024 total investasi untuk hilirisasi nikel, terutama yang terkait dengan pembangunan smelter dan pabrik baterai kendaraan listrik, telah mencapai USD30 miliar.

Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 2.000 GWh kapasitas baterai lithium-ion telah digunakan secara global, guna mendukung 40 juta kendaraan listrik dan ribuan proyek energy storage. Terkait hal ini, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci global dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV) yakni dapat menyuplai baterai EV sebesar 210 GWh per tahun, karena Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral khususnya nikel.

“Oleh karena itu, berbagai negara melihat Indonesia penting menjadi bagian dari critical minerals. Indonesia sedang bicara dengan Amerika Serikat terkait critical minerals agreement, berbicara juga dengan Uni Eropa. Dan juga dengan negara lain seperti Kanada dan Australia, di mana kalau Indonesia-Kanada dan Indonesia-Australia bergabung maka kekuatan dari ekosistem EV itu akan kuat, baik itu berupa lithium maupun nikel, bahkan sekarang ada yang sedang dikembangkan lagi berbasis sodium atau garam,” ujar Menko Airlangga.

Menko Airlangga juga mengapresiasi Neo Energy yang telah merealisasikan investasi dengan membangun smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL) pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan. Smelter itu akan mengolah bijih nikel atau limonite menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan prekusor katoda baterai EV.

“Proyek baterai HPAL Neo Energy ini diharapkan akan mampu menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120 ribu MT per tahun,” kata dia.

Fasilitas HPAL ini terletak di Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE), sebuah kawasan industri yang didesain untuk menjadi pusat pengolahan mineral berbasis energi hijau. Semua operasional di kawasan ini akan menggunakan 100% energi terbarukan, termasuk tenaga air dan surya, yang menjadikannya praktik industri ramah lingkungan di Indonesia.

BACA JUGA   Potensi Bisnis CCS/ CCUS Menjanjikan, Meski Sejumlah Tantangan Menghadang

“Untuk Kawasan Industri NEMIE sendiri telah mendapatkan Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) pada Agustus 2024, dan ini menjadi kepastian hukum dan keyakinan bagi para calon investor,” jelas dia.(SA/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *