Logo SitusEnergi
Harga Minyak Melesat Hingga 3 Persen, Ini Penyebabnya Harga Minyak Melesat Hingga 3 Persen, Ini Penyebabnya
Jakarta, Situsenergi.com Harga minyak dunia, Selasa, ditutup melambung lebih dari 3 persen, pasca upaya Amerika Serikat dan negara konsumen lainnya untuk melepaskan puluhan juta... Harga Minyak Melesat Hingga 3 Persen, Ini Penyebabnya

Jakarta, Situsenergi.com

Harga minyak dunia, Selasa, ditutup melambung lebih dari 3 persen, pasca upaya Amerika Serikat dan negara konsumen lainnya untuk melepaskan puluhan juta barel minyak dari cadangan guna mendinginkan pasar. Namun upaya itu gagal memenuhi beberapa ekspektasi.

Amerika Serikat menyatakan akan melepaskan jutaan barel minyak dari cadangan strategis, berkoordinasi dengan China, India, Korea Selatan, Jepang dan Inggris, untuk mencoba mendinginkan harga setelah produsen OPEC Plus yang berulang kali mengabaikan desakan untuk memompa lebih banyak minyak mentah.

Namun demikian para analis mengatakan efek pada harga kemungkinan akan berumur pendek setelah bertahun-tahun penurunan investasi dan pemulihan global yang kuat dari pandemi Covid-19.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD2,61 atau 3,3 persen, menjadi USD82,31 per barel. Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak USD1,75 atau 2,3 persen, menjadi USD78,50 per barel.

Demikian mengutip laporan  Reuters,  di New York, Selasa (23/11) atau Rabu (24/11) pagi WIB.

Itu adalah persentase kenaikan harian terbesar untuk Brent sejak Agustus dan penutupan tertinggi sejak 16 November. Ini juga mendorong premi Brent atas WTI ke level tertinggi sejak pertengahan Oktober.

BACA JUGA   SKK Migas Gaspol Tarik Investor, Siapkan 60 Wilayah Kerja Baru Buat Eksplorasi!

Pembicaraan tentang pelepasan cadangan terkoordinasi, dolar AS yang kuat dan potensi pukulan terhadap permintaan energi dari gelombang keempat kasus Covid-19 di Eropa menyebabkan harga Brent jatuh lebih dari 10 persen sejak mencapai level tertinggi tiga tahun USD86,70 pada 25 Oktober.

Pemerintahan Presiden Joe Biden menyatakan akan melepaskan 50 juta barel dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) Amerika, yang akan mulai memasuki pasar pada pertengahan hingga akhir Desember.

“Pelepasan SPR terkoordinasi itu lebih kecil dari perkiraan dan tidak diragukan lagi akan diimbangi oleh lebih sedikit produksi dari OPEC Plus,” kata Edward Moya, analis OANDA, mencatat “Tidak ada yang akan terkejut jika ( OPEC Plus) mengurangi rencana produksi mereka.”

Aliansi OPEC Plus antara Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutu termasuk Rusia, sejauh ini menolak permintaan berulang dari Washington untuk memompa lebih banyak minyak.

Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al-Mazrouei, Selasa, mengatakan UEA melihat “tidak ada logika” dalam meningkatkan kontribusinya sendiri ke pasar global saat ini, menambahkan data teknikal yang dikumpulkan menjelang pertemuan OPEC Plus Desember menunjukkan surplus minyak di kuartal pertama 2022.

BACA JUGA   Condro Kirono: Investasi Migas Harus Utamakan Kebutuhan Dalam Negeri

Analis mengatakan perusahaan yang membeli minyak dari SPR Amerika harus mengembalikannya pada 2022-2024 ketika harga jauh lebih murah daripada sekarang. Minyak berjangka diperdagangkan sekitar USD75 pada 2022, USD69 pada 2023 dan USD65 pada 2024.

Reli minyak pada sesi ini terjadi menjelang laporan persediaan Amerika dari American Petroleum Institute (API), kelompok industri, yang dirilis Selasa waktu setempat dan Badan Informasi Energi AS, sehari berselang.

Analis memperkirakan data persediaan minyak mingguan Amerika menunjukkan penarikan 0,5 juta barel dari stok minyak mentah.

Indeks Dolar (Indeks DXY), sementara itu, bertahan di dekat level tertinggi 16-bulan, Selasa, setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell dipilih untuk masa jabatan kedua, memperkuat ekspektasi pasar bahwa suku bunga Amerika akan naik pada 2022.

Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, yang menurut para pedagang membebani harga minyak mentah. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *