

Hantaman Badai Nicholas Di Amerika Tak Sedahsyat Perkiraan, Minyak Relatif Mendatar
MIGAS September 15, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak sebagian besar tidak berubah, Selasa, karena badai tropis Nicholas membawa hujan lebat dan pemadaman listrik di Texas, namun menyebabkan lebih sedikit kerusakan pada infrastruktur energi Amerika. Hal ini berbeda dengan kerusakan yang dipicu Badai Ida awal bulan September lalu.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 9 sen menjadi USD73,60 per barel setelah melesat setingginya USD74,28 pada sesi itu. Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), ditutup bertambah 1 sen, menjadi USD70,46 per barel, setelah menyentuh USD71,22 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, di New York, Selasa (14/9/2021) atau Rabu (15/9/2021) pagi WIB.
Lebih dari 39 persen produksi minyak mentah dan gas alam Teluk Meksiko Amerika tetap ditutup, Selasa, kata regulator Bureau of Safety and Environmental Enforcement (BSEE).
Badai Nicholas mendarat di Texas pada Senin dan akan mencapai Louisiana, Rabu, membawa lebih banyak banjir dan hujan lebat ke fasilitas minyak Teluk.
Menurut John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York, situasi Teluk tidak selesai dengan sendirinya dalam waktu cepat.
Royal Dutch Shell menutup produksi di anjungan minyak lepas pantai karena angin kencang. Lalu lintas kapal di beberapa pusat energi dihentikan karena kondisi cuaca yang sulit.
“Akan ada masalah ekspor-impor karena Houston berada di zona semi-banjir,” kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.
Nicholas adalah badai besar kedua yang mengancam kawasan Teluk AS dalam beberapa pekan terakhir, membawa hujan lebat ke Deep South dan menyebabkan pemadaman listrik. Namun, sebagian besar pengilangan di Texas beroperasi secara normal dan utilitas Texas memulihkan aliran listrik ke pelanggan yang mengalami pemadaman.
Jaringan pipa Colonial, pipa bahan bakar terbesar di Amerika, sebagian kembali beroperasi setelah ditutup karena pemadaman listrik di pagi hari.
Minyak berubah negatif selama sesi tersebut setelah data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan penurunan inflasi, dan karena menyusutnya kekhawatiran tentang dampak badai terhadap sektor energi.
Setelah tiga bulan penurunan permintaan minyak global, peluncuran vaksin Covid-19 akan menghidupkan kembali selera terhadap minyak yang tertekan pembatasan pandemi, terutama di Asia, tutur Badan Energi Internasional (IEA), Selasa.
IEA melihat permintaan rebound 1,6 juta barel per hari (bph) pada Oktober dan terus tumbuh hingga akhir tahun.
Secara keseluruhan, badan tersebut menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2021 sebesar 105.000 bph menjadi 5,2 juta bph, tetapi menaikkan proyeksi 2022 sebesar 85.000 bph menjadi 3,2 juta bph.
Prediksi itu di bawah Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC), yang memperkirakan permintaan akan tumbuh sekitar 5,96 juta bph tahun ini dan 4,15 juta bph tahun depan.
Sementara itu, demonstran memblokir sebuah kapal tanker minyak yang ingin melakukan loading di terminal Es Sider, Libya, Selasa, menurut National Oil Corp (NOC) dan insinyur di pelabuhan tersebut.
Rincian rencana China untuk menjual minyak mentah dari cadangan strategisnya menekan harga. China mengatakan akan melelang sekitar 7,4 juta barel minyak mentah pada 24 September. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.