Jakarta, Situsenergi.com
Pemerintah tengah berupaya untuk menurunkan angka impor Liquified Petroleum Gas (LPG) dan BBM dari luar negeri. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melakukan gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang bisa digunakan sebagai substitusi LPG.
Hal itu disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (29/8/2021) kemarin.
“Kita beri solusi yang namanya DME yang nanti dicampur dengan LPG. Supaya ada balance antara impor dan tentu gas yang ada, yang kita bisa turunkan dari pada batubara itu. Kita coba lakukan itu,” ungkap Erick.
Menurut Erick, selain gasifikasi DME hilirsasi juga akan dilakukan dengan mengubah batubara menjadi methanol. Keuntungannya adalah bisa mengurangi impor BBM.
“Saya rasa kemarin sudah rapat di Kementerian ESDM, salah satunya turunan (batu bara) tidak hanya gasifikasi DME juga nanti ke methanol itu sendiri sebagai campuran untuk gasoline (bensin),” ujarnya.
Bila hilirisasi batu bara berhasil dilakukan, kata Erick maka Indonesia bisa menyeimbangkan antara impor dan produksi di dalam negeri, sehingga tidak lagi didominasi oleh impor.
“Supaya tadi kita bisa mem-balance impor dan tentu produksi yang kita bisa lakukan di dalam negeri,” kata dia.
Sebagaimana diketahui, PT Pertamina (Persero) sebelumnya memproyeksikan impor LPG pada 2021 akan mencapai sebesar 7,2 juta metrik ton (MT), naik sekitar 16 persen dari 6,2 juta MT pada 2020.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, impor LPG pada 2020 lemarin mencapai 76 persen dari total kebutuhan LPG nasional. Pada 2020 konsumsi LPG Indonesia mencapai 8 juta ton, sementara hanya sekitar 1,9 juta ton atau 24 persen pemenuhan LPG berasal dari kilang dalam negeri.
Pertamina sendiri saat ini sedang melakukan kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan perusahaan asal Amerika Serikat Air Products untuk mengembangkan DME dengan kapasitas 1,4 juta metrik ton per tahun atau setara dengan 1 juta ton LPG per tahun. (SNU)
Leave a comment