Logo SitusEnergi
Gas Bakal Jadi Kunci Transisi Energi Gas Bakal Jadi Kunci Transisi Energi
Jakarta, Situsenergi.com Transisi energi saat ini maupun di masa mendatang tidak bisa dihindari. Penggunaan energi yang ramah lingkungan mutlak dilakukan guna mendukung target net... Gas Bakal Jadi Kunci Transisi Energi

Jakarta, Situsenergi.com

Transisi energi saat ini maupun di masa mendatang tidak bisa dihindari. Penggunaan energi yang ramah lingkungan mutlak dilakukan guna mendukung target net zero emission (NZE) sebesar 0% pada 2060. Namun demikian, energi fosil yang lebih bersih berupa gas justru bakal memiliki peran penting di era transisi energi. Dengan demikian, penggunaan gas di masa mendatang akan membantu mencapai target NZE sebelum sepenuhnya beralih ke energi terbarukan.

Terkait hal ini, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng mengungkapkan, potensi gas masih cukup besar di Tanah Air. Namun, dibutuhkan upaya ekstra untuk bisa memonetisasinya. Pertamina sebagai perusahaan negara sektor hulu migas menjadi andalan untuk bisa memasok kebutuhan gas.

“Realisasi pada 2021 kebutuhan energi mencapai 210 megaton oil ekiuvalen (MTOE) di mana EBT baru 12%, sedangkan minyak masih mencapai 32% dari kebutuhan energi primer dan gas 19%,” kata Muharram dalam paparannya pada Outlook Sektor ESDM 2023 dan Penganugerahan E2S Award 2022 yang digelar Energy & Mining Editor Society (E2S) di Bimasena The Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (13/12/2022).

Menurut Muharram, pada 2050 diperkirakan kebutuhan energi fosil akan turun secara persentasi, namun secara angka atau volume dari kebutuhan energi mencapai 1.000 megaton oil ekuivalen justru akan tumbuh.

“Secara persentase turun dari 32% jadi 20% tapi volume justru naik berkali lipat, gasnya di era transisi energi kita 19% di 2021 di 2050 kita akan penuhi kira-kira di angka 24%, ini adalah RUEN kebutuhan kita.
Sebagai Subholding Upstream Pertamina, PHE berkomitmen meningkatkan kinerja dan berupaya maksimal memenuhi kebutuhan energi nasional,” paparnya.

Lebih jauh ia mengatakan, bahwa langkah konkret Pertamina dalam memenuhi kebutuhan tersebut adalah agresif dalam meningkatkan produksi, khususnya gas bumi yang menjadi jembatan transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

“Untuk bisa meningkatkan produksi (gas) tidak ada jalan lain selain menambah cadangan,” ucapnya.

Masih menurut Muharram, Pertamina juga agresif melakukan eksplorasi demi menambah cadangan. Komitmen tersebut, diterjemahkan oleh Pertamina dengan memenuhi 44% dari total kebutuhan.

“Artinya sama dengan 440 megaton oil ekuivalen sehingga kita harus agresif karena akan lebih banyak lagi yang dibutuhkan,” ujar dia.

Muharram menyatakan Pertamina secara masif melakukan eksplorasi melalui penerapan teknologi terkini. Tahun ini, Pertamina berhasil menemukan cadangan minyak sebanyak 144 juta barel dan gas setara 0,9 tTcf atau 931 BCFG.

“Ini pencapaian bagus pada 2022, masih banyak temuan yang belum divalidasi mudah-mudahan dalam waktu singkat sudah ada hasil,” ucapnya.

Temuan cadangan gas ini didukung dari keberhasilan pengeboran eksplorasi sumur Sungai Gelam Timur-1, Wilela-001, Bajakah-001, Kolibri-1, Manpatu-1X, Markisa-001, dan GQX yang telah di validasi besaran sumberdayanya pada 2022. Sementara itu untuk discovery R-2, S-2, Sungai Rotan-1, dan Kembo-001 akan dicatatkan pada 2023.

“Selain itu sebagai bagian dari value chain Pertamina integrated energy company, PHE juga didukung oleh infrastruktur Subholding Gas,” pungkasnya.

Sementara Direktur Manajemen Pembangkitan PLN Adi Lumakso mengatakan, dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, populasi kapasitas pembangkit PLTU nantinya kurang lebih 13.000 Megawatt (MW), setara 40 juta metrik ton CO2 ekuivalen sampai masa umur operasi PLTU tersebut.

“Itu komitmen PLN untuk mengurangi CO2. Pada 2025, itu komposisinya EBT (energi baru terbarukan) 23% dan mencapai NZE 2060 sebesar 0%. Komitmen kami akan mengutamakan energi terbarukan sedemikian rupa melalui tenaga air, panas bumi, angin, dan solar/matahari. Kami dorong untuk mencapai NZE 2060,” kata Adi.

Menurut Adi, di era transisi energi yang tidak bisa dihindari itu, PLN menetapkan gas bakal memainkan peran kunci menuju penurunan emisi dalam penggunaan energi. Apalagi potensi gas di Indonesia masih cukup besar.

“Dengan emisi lebih sedikit, maka wajar apabila gas menjadi energi alternatif pengganti pembangkit listrik fosil lain seperti batu bara ataupun minyak,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Adi, pemanfaatan gas juga relatif lebih cepat untuk dieksekusi dibandingkan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya.

“Kita kaya dengan gas sambil menunggu pembangkit EBT seperti PLTS, Hidro, PLTP (panas bumi) ini perlu waktu cukup lama untuk membangun, jadi ada transisi di sini, adalah perubahan dari PLTU kita ganti sebagian dengan gas. Karena gas emisinya ini lebih kecil,” ungkap Adi.

Selain Adi dan Muharram, dalam Outlook Sektor ESDM bertajuk ‘CEO’S New Vision; Business Reform to Shape The Energy Transition’’ juga hadir sebagai narasumber Direktur Utama PT Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makassau, dan Vice President Pengembangan Hilir PT Bukit Asam Tbk Setiadi Wicaksono.(Ert/SL)

BACA JUGA   Transisi Energi Bersih Makin Diminati

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *