Logo SitusEnergi
EWI: Pemerintah Jangan Latah Naik Turunkan Harga BBM EWI: Pemerintah Jangan Latah Naik Turunkan Harga BBM
Jakarta, situsenergy.com Dir Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahean mengatakan, fluktuasi harga minyak dunia yang saat ini turun cukup tajam dari harga sekitar  US$... EWI: Pemerintah Jangan Latah Naik Turunkan Harga BBM

Jakarta, situsenergy.com

Dir Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahean mengatakan, fluktuasi harga minyak dunia yang saat ini turun cukup tajam dari harga sekitar  US$ 80 dolar per barel menjadi US$ 60 dolar untuk jenis brent dan US$ 52 dolar untuk jenis WTI.

Namun menurut dia, penurunan yang cukup tajam ini namun belum menjadi sesuatu yang pasti dan stabil. “Penurunan ini memang di luar prediksi terlebih memasuki musim dingin biasanya kebutuhan meningkat dan harga mengikuti naik. Tapi ini sekarang trend nya menurun, maka perlu kewaspadaan dari pemerintah akan fouktuasi mendadak,” kata Ferdinand dalam keterangan persnya kepada Situsenergy.com di Jakarta, Jumat (30/11).

Terkait pernyataan penerintah melalui Kementerian ESDM menyatakan peluang menurunkan harga jual BBM memgikuti turunnya harga minyak mentah, ia menyarankan agar pemerintah menunda dulu hal tersebut sembari melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan Pertamina dan kepastian stabilnya harga crude. “Jangan latah dengan situasi yang belum pasti. Penurunan harga BBM juga jangan dijadikan sebagai komoditas politik. Jadi harus di evaluasi secara benar dan menyeluruh,” tukasnya.

BACA JUGA   Sejarah Baru! EDRR 2025 Satukan Pemerintah, TNI-Polri, dan Dunia Internasional untuk Mitigasi Bencana

Menurutnya, dampak dari penurunan minyak mentah dan harga jual BBM tidak hanya akan beroengaruh pada sektor lain seperti listrik yang dijual PLN. Apakah PLN juga akan menurunkan harga TDL? Apalagi ini tahun politik, jangan jadikan isu energi sebagai pencitraan politik untuk menarik pemilih.

“Lebih baik pemerintah melakukan evaluasi dulu dan menyehatkan Pertamina dan PLN atas selisih harga. Jangan latah seperti itu, dampaknya tidak signifikan pada penurunan harga dipasar tapi gejolaknya besar,” paparnya.

“Sekali lagi kami sarankan kepada pemerintah agar menyehatkan pertamina dan pln dari selisih harga atau menjadikan selisih harga itu sebagai dana cadangan ketika harga minyak mentah tiba tiba naik, sehingga pemerintah tidak perlu menaikkan harga. Ini demi kestabilan harga di pasar,” pungkasnya.

Sementara Pengamat Kebijakan Energi, Sofyano Zakaria mengtakan, jika ada suara pemerintah meminta badan usaha menurunkan harga BBM Non Subsidi terkait turunnya harga minyak dunia, maka “permintaan”  itu bisa jadi “ancaman” bagi badan usaha yang selama ini menjual produk tersebut dengan harga jual rugi seperti pada Pertalite-nya Pertamina  yang selama ini harga jualnya “terpaksa” terendah dibanding harga jual badan usaha lain.

BACA JUGA   Trade-Off Penambangan Nikel di Kepulauan Raja Ampat: Antara Ekonomi, Sosial, Lingkungan, dan Pembangunan Berkelanjutan

“Dan Jika ternyata Pertamina tidak menurunkan harga jual Pertalite, maka bisa pula rakyat “menuduh” Pertamina tidak patuh terhadap “perintah” penguasa bahkan dianggap tidak peduli dengan rakyat. Apalagi BBM Pertalie cukup banyak konsumen penggunanya,” pungkasnya.(adi)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *