

Energy Watch: Jangan Ragukan Komitmen Pertamina Bangun Kilang RDMP dan GRR
ENERGI July 6, 2020 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, komitmen PT Pertamina (Persero) dalam pembangunan mega proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR) tidak perlu diragukan atau dipertanyakan lagi. Apalagi ini merupakan amanah dari Pemerintah yang harus didukung dan dikawal bersama.
Hal ini dikatakan Mamit dalam pesan tertulisnya yang diterima Situsenergy.com di Jakarta, Senin (06/7). ”Tidak usah meragukan atau mempertanyakan komitmen Pertamina dalam mega proyek ini. Mereka akan bekerja dengan sebaik-baiknya agar pembangunan kilang ini sesuai dengan target yang ditetapkan. Kita harus dukung dan kawal pembangunan kilang ini,” katanya.
Menurut Mamit, dalam kondisi pandemi Covid-19 pun Pertamina terus melanjutkan mega proyek kilang yang terdiri dari proyek pengembangan kapasitas untuk empat kilang dan pembangunan kilang baru. Pengembangan kapasitas kilang dilakukan di kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah. Kemudian Balongan, Jawa Barat. Dumai di Riau, dan Balikpapan, Kaltim. Adapun dua kilang baru dibangun di Tuban, Jawa Timur dengan total investasinya 48 miliar dollar AS.
“Kita apresiasi progres pembangunan kilang yang sedang dilakukan oleh Pertamina terutama untuk progres konstruksi fisik yang dicapai RDMP Balikpapan yang saat ini sudah mencapai 17,41%. Nantinya kapasitas produksi RDMP Balikpapan akan meningkat menjadi 360 ribu barel dan siap beroperasi pada tahun 2023. Untuk RDMP Cilacap saat ini pekerjaan awal phase II sudah mencapai 18.94%, sedangkan GRR Tuban untuk landclearing lahan sudah 100% dan restorasi pantai 92.51%,” papar Mamit.
Menurutnya, mega proyek kilang tersebut sesuai dengan visi Pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Ini merupakan satu program strategis yang harus tetap dilanjutkan dalam rangka kemandirian energi Indonesia.
“Karena melalui program ini kapasitas pengolahan kilang kita menjadi 1.8 juta BPD dan produksi fuel menjadi 1.5 juta BPD dari saat ini hanya 600.000 BPD pada tahun 2027. Program RDMP dan GRR ini juga menunjukan keseriusan Pemerintah dan Pertamina dalam mempersiapkan bahan bakar ramah lingkungan dimana produk yang dihasilkan sudah standard EURO V,” tukasnya.
Dengan progress pembangunan yang sudah berjalan seperti Kilang Balikpapan, pihaknya optimis Pertamina akan sanggup menyelesaikan mega proyek tersebut sesuai target yang diberikan oleh Pemerintah. “Pekerjaan pembangunan kilang baik itu RDMP maupun GRR tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dilalui seperti persoalan keterbatasan lahan, investasi yang besar, profit jangka panjang, kompleksitas perijinan dan yang pasti sulitnya mencari mitra strategis. Pembangunan Kilang ini juga harus terintegrasi dengan produk Petrokimia agar semua manfaat dari minyak mentah bisa digunakan,” pungkas Mamit Setiawan.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengungkapkan bahwa tingkat kesulitan melakukan ekspansi dan revamping kilang lama jauh lebih tinggi dari pada membangun kilang baru dari lapangan yang masih kosong.
“Membangun kilang baru jauh lebih mudah dari pada melakukan ekspansi dan revamping kilang lama. Karena kalau yang ini untuk mengatur accesibility atau ketercapaian dan constructability atau keterbangunannya jauh lebih sulit,” papar Nicke saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI belum lama ini.
Terkait RDMP Balikpapan, ia mengatakan, bahwa desain proyek Kilang yang dikerjakan di Korea dan di Indonesia itu sudah hampir selesai atau sudah mencapai lebih dari 70 persen. “Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)-nya mencapai 35 persen dari nilai kontrak tahap pertama yang mencapai 4 miliar Dollar AS,” tukasnya.
“Megaproyek kilang tak cukup percepatan saja, tetapi perlu bersinergi dengan BUMN lain. Tujuannya untuk menaikkan tingkat kandungan lokal,” kata Nicke pada satu kesempatan.
Pertamina, kata Nicke menggandeng PT Barata Indonesia (Persero), PT Krakatau Steel (Persero), dan PT Rekayasa Industri. Barata Indonesia berperan sebagai pembuat komponen dan alat berat pada proyek kilang, sedangkan Krakatau Steel memasok kebutuhan baja. “Adapun Rekaya Industri dilibatkan untuk rancang bangun proyek kilang Pertamina,” ungkapnya.(mul/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.