Jakarta, situsenergi.com
Ajang internasional Electricity Connect 2025 resmi diluncurkan dan akan berlangsung pada 19–21 November 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC). Forum ini diinisiasi oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dengan tema “Strengthening Energy Resilience, Powering Sovereignty”. Acara tersebut menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan inovator energi untuk memperkuat ketahanan serta kedaulatan energi nasional.
Sebagai bagian dari peringatan Hari Listrik Nasional ke-80, Electricity Connect 2025 akan menghadirkan forum diskusi, pameran teknologi, dan peluang investasi di seluruh rantai ketenagalistrikan, mulai dari pembangkit, transmisi, distribusi hingga digitalisasi sistem kelistrikan.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar, menilai forum ini memiliki peran penting dalam memperkuat fondasi energi nasional di tengah perubahan global. Ia menegaskan bahwa sektor ketenagalistrikan bukan hanya penggerak ekonomi, tetapi juga kunci kemandirian bangsa menghadapi tantangan perubahan iklim dan dinamika geopolitik.
“Electricity Connect 2025 menjadi wadah berharga untuk berbagi ide dan pengalaman. Dari sini, Indonesia dapat melangkah menuju kedaulatan energi yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Wanhar dalam peluncuran acara di Jakarta, Selasa (7/10).
Pemerintah telah menyiapkan peta jalan transisi energi melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Targetnya, porsi energi baru terbarukan (EBT) meningkat menjadi 21 persen pada 2030, naik menjadi 41 persen di 2040, dan mencapai 74 persen pada 2060.
“Transisi energi bukan sekadar mengganti sumber daya. Ini tentang menciptakan ketahanan pasokan dan kedaulatan teknologi agar bangsa kita mandiri serta berkelanjutan,” tambahnya.
Dukungan terhadap forum ini juga datang dari PLN. Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Suroso Isnandar, menyebut Electricity Connect 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi dalam pelaksanaan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang disebut sebagai RUPTL paling hijau.

“Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia butuh tambahan pembangkit 69,5 gigawatt, dan 76 persen di antaranya akan bersumber dari energi terbarukan,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum I MKI, Chairani Rachmatullah, menambahkan bahwa forum ini mencerminkan visi Indonesia membangun sistem ketenagalistrikan yang kuat, mandiri, dan berdaya saing global. “Indonesia tak hanya mengikuti arus transisi energi global, tapi juga menjadi arsitek masa depan energi kawasan,” ujarnya.

Sementara Sekretaris Jenderal MKI sekaligus Ketua Panitia Electricity Connect 2025, Arsyadany G. Akmalaputri, menegaskan bahwa forum ini akan menjadi momentum strategis bagi lahirnya kolaborasi baru dan inovasi di sektor energi. “Kami optimistis acara ini membuka peluang kemitraan yang mendorong kemandirian dan daya saing energi nasional,” katanya. (*)
Leave a comment