Logo SitusEnergi
Dwi Tunggal Perintis Industri Migas Nasional Dwi Tunggal Perintis Industri Migas Nasional
Oleh :Dr. Ir. Ridwan Nyak Baik Kalau kita kenal Sukarno-Hatta sebagai dwi tunggal bangsa dalam memploklamirkan kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 maka dalam dunia... Dwi Tunggal Perintis Industri Migas Nasional

Oleh :
Dr. Ir. Ridwan Nyak Baik

Kalau kita kenal Sukarno-Hatta sebagai dwi tunggal bangsa dalam memploklamirkan kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 maka dalam dunia migas nasional sosok Ibnu Sutowo dan JM Pattiasina merupakan dua tokoh perintis industri migas Indonesia.

Setelah agresi Belanda kedua, kilang minyak Pangkalan Berandan yang dibumihanguskan oleh lasykar minyak. Puing-puing kehancuran kilang Pangkalan Berandan terbengkalai selama hampir 10 tahun karena dinamika politik dan pemberontakan DI/TII dan PRRI.

Pada medio 1957, pemerintah RI menguasakan seluruh aset kilang Pangkalan Berandan dan lapangan-lapangan penghasil minyak yang tidak terkena aksi bumihangus serta masih berproduksi di Rantau Panyang, Julok, Pereulak, dan Rantau (Aceh) milik Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU) kepada Kepala Staf TNI AD, Jendral A.H. Nasution. Selanjutnya, Jendral AH. Nasution menugaskan Kolonel dr. Ibnu Sutowo untuk memimpin TMSU.

Dalam memimpin TMSU, Ibnu Sutowo mempripriotaskan program-kerjanya pada rehabilitasi lapangan-lapangan penghasil minyak, fasilitas produksi, kilang Pangkalan Berandan, dan infrastruktur lainnya. Untuk mengaksekerasi langkah-langkah rehabilitasi dimaksud, khususnya di sektor hulu, pemerintah melakukan terobosan dengan membentuk PT. Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT. ETMSU) pada 15 Oktober 1957. Kolonel Ibnu Sutowo tetap dipercayakan selaku pimpinan PT. ETMSU. Pada 10 Desember 1957, PT. ETMSU berganti nama nenjadi PT. Perusahaan Minyak Nasional (Permina) yang menjadi cikal bakal PT. Pertamina sekarang. Dari runtunan milestone tersebut maka 10 Desember 1957 ditetapkan sebagai hari kelahiran PT. Pertamina.

BACA JUGA   Ketahanan, Swasembada, dan Kemandirian Energi?

Upaya rehabilitasi lapangan penghasil dan fasilitas produksi, termasuk memperbaiki jalur pipa, selain karena masalah keuangan, pada awalnya juga selalu terganggu oleh masalah kekondusivan lingkungan, yaitu: Gangguan dari Persatuan Buruh Minyak (Perbum) yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia di internal, serta pemberontakan DI/TII dan PRRI di lingkup eksternal.

Untuk mengatasi kedua gangguan lingkungan tersebut, tampillah Mayor J.M. Pattiasina, selaku Direktur Pelaksana PT. Permina, yang mendatangkan TNI AD dari Kodam Sriwijaya, Sumatera Selatan.

Kehadiran pasukan dari Kodam Sriwijaya berdampak signifikan dalam mengatasi kedua hambatan dan gangguan di atas. Oleh Pattiasina, secara strategis para pekerja aktifis Perbum dipindahkan dari Pangkalan Berandan ke Lapangan Julok yang ketika itu dipimpin oleh T. Muhammad Djaafar. Selanjutnya, lewat operasi-operasi pemulihan keamanan di sekitar lapangan produksi dan jalur pipa, serta pendekatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh Mayor Pattiasina dengan TNI AD, rehabilitasi sumur penghasil dan jalur pipa dapat dilakukan. Ujungnya, produksi minyak mentah dari Lapangan Rantau sekitar 10.650 barel berhasil diekspor untuk pertama kali oleh Permina dengan tujuan Jepang.

BACA JUGA   Teknologi Pisau Bermata Dua, Menyongsong Blokchain, Web3, NFT, dan Kontrak Pintar di Bawah PP No. 28 Tahun 2025

Dengan dana yang diperoleh dari hasil ekapor perdana tersebut nafas Permina mulai bergerak lagi, dan terus berkembang meraksasa hingga ke mancanegara. Dirgahayu Pertamina [•]

*Pengamat/Pakar Migas, Pensiunan Pertamina

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *