Logo SitusEnergi
Duh, Akademisi Ini Sebut Transisi EBT Terancam Gagal Karena Ini Duh, Akademisi Ini Sebut Transisi EBT Terancam Gagal Karena Ini
Jakarta, Situsenergi.com Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Mukhtasor menyebut Transisi energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dicanangkan di dalam Rancangan Undang... Duh, Akademisi Ini Sebut Transisi EBT Terancam Gagal Karena Ini

Jakarta, Situsenergi.com

Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Mukhtasor menyebut Transisi energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dicanangkan di dalam Rancangan Undang Undang (RUU) EBT  berpotensi gagal dilaksanakan. Sebab beban keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pemenuhan tersebut tidak cukup kuat.

“Transmisi energi akan berpotensi gagal. Karena kemampuan kita tidak kuat di sana apalagi APBN dalam situasi tidak bagus juga dalam kondisi sulit,” kata Muhtasor dalam diskusi ‘Regulasi EBT, Untuk Siapa?’, Sabtu (4/9/2021).

Muhtasor yang juga Mantan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) itu berpendapat, penggunaan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap tidak akan berjalan karena listrik yang dihasilkan sangat mahal.  Kondisi ini berpotensi membuat portofolio Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak baik jika tarif ekspor-impor listrik ditetapkan 1 : 1 seperti yang digagas pemerintah. 

“RUU EBT bagus, asal cara ditempuh aturannya itu justru membangun ekonomi baru. Misalnya produsen turbin dikasih insentif. Harga dalam negeri murah. Nanti dalam waktu tertentu tumbuh pendapatan pajak dalam negeri nanti negara akan mampu ke depannya,” ungkapnya. 

“Dari sisi energi itu memang terbarukan dan emisi turunkan bagus sekali. Tetapi Cara yang ditempuh adalah dengan membangun ekonomi produktif di dalam negeri dan juga pembangunan ramah lingkungan dan proses-proses yang bisa dibuat untuk membangun kemampuan nasional,” tegasnya.

BACA JUGA   Bukan Cuma Omon-omon Soal Go Green! Pertamina Pasang PLTS Atap Terbesar di Kilang Balikpapan

Muhtasor pun meminta kepada pemerintah agar tidak menerbitkan kebijakan feed-in atau patok tarif energi baru terbarukan (EBT). Sebab, kebijakan itu pada akhirnya akan membuat masyarakat bawah tertekan akibat biaya kenaikan listrik.

“Jadi ini EBT feed in tarif kalau disahkan rasa empati sudah hilang. Seakan kita hidup itu berbeda. Mereka membahas ini di gedung, rumah AC, sementara rakyat di lapangan kesusahan dan terancam kenaikan tarif listrik,” pungkasnya. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *