Logo SitusEnergi
Di Tengah Pengetatan Moneter AS, BI Singgung Ancaman Krisis Pangan dan Energi Di Tengah Pengetatan Moneter AS, BI Singgung Ancaman Krisis Pangan dan Energi
Jakarta, Situsenergi.com Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed akan semakin agresif dalam melakukan pengetatan moneter di tahun ini. Diperkirakan... Di Tengah Pengetatan Moneter AS, BI Singgung Ancaman Krisis Pangan dan Energi

Jakarta, Situsenergi.com

Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed akan semakin agresif dalam melakukan pengetatan moneter di tahun ini. Diperkirakan hingga akhir tahun ini suku bunga Fed Fund Rate (FFR) akan menjadi 3,5 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan angka perkiraan FFR ini sedikit lebih tinggi dari asumsi yang disampaikan oleh BI yang awalnya hanya 3,25 persen. Naiknya potensi FFR ini didasarkan pada perkembangan situasi global yang semakin memanas.

“Kami perkirakan suku bunga Fed Fund Rate pada akhir tahun ini dengan perkembangan terbaru akan menjadi 3,5 persen dan di tahun 2022 akan naik 50 bps lagi menjadi 4 persen,” tutur Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (23/6/2022).

Dijelaskan bahwa kondisi global saat ini memang sedang mengalami stagflasi dan risiko kenaikan inflasi terutama di berbagai negara-negara maju. Hal itu dipicu oleh naiknya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina sehingga berdampak pada terganggunya rantai pasok global terutama energi dan pangan.

“Ini yang menyebabkan tingginya harga tinggi di pasar global, minyak diperkirakan akan tembus USD103 per barel kita perkirakan, pangan juga akan meningkat tinggi,” sambung Perry.

BACA JUGA   Bahlil Lantik Dua Jenderal Penegak Hukum ESDM, Siap Basmi Pelanggaran Tambang!

Risiko global lainnya juga disebabkan oleh pengetatan suku bunga oleh The Fed. Ini berakibat pada semakin sempitnya ruang fiskal di sejumlah negara maju sehingga memicu kenaikan harga komoditas.

Untuk mengurangi dampak negatif dari kenaikan FFR serta faktor eksternal terhadap perekonomian nasional, lanjut Perry, pemerintah dan BI akan terus memperkuat koordinasi dan fungsi intermediasi. Dari sisi BI sendiri akan mengupayakan bauran kebijakan demi menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi.

“Jadi bagaimana kita bisa bersama menjaga stabilitas harga dan kendalikan inflasi demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Nah di sini koordinasi fiskal dan moneter sangat penting,” pungkas dia.(DIN/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *