

Cadangan Nikel Melimpah, Ekonom: Masa depan ekonomi Indonesia ada di Maluku Utara
ENERGI April 12, 2023 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Ekonom Josua Pardede mengatakan, Maluku Utara dengan cadangan nikel yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai mobil listrik untuk 73 tahun ke depan akan menjadi masa depan ekonomi Indonesia.
“Karena itu wilayah ini bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menjadi rantai terpenting dalam industri otomotif berbasis listrik dunia,” kata Joshua seperti dikutip di Jakarta, Selasa (11/4/2023).
“Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada tahun 2022 sebesar 23,4 persen adalah yang tertinggi di Indonesia dan menurut data itu didorong oleh industri hilirisasi nikel,” lanjut Josua.
Menurutnya, Maluku Utara memiliki cadangan nikel yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai mobil listrik untuk 73 tahun ke depan. Karena itu wilayah ini bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menjadi rantai terpenting dalam industri otomotif berbasis listrik dunia.
“Data menunjukkan sebanyak 99,76% cadangan nikel Indonesia tersebar di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua atau disebut Sulampua,” ucapnya.
Sampai dengan tahun 2021, kata Josua, total cadangan nikel Sulampua mencapai 4,6 miliar ton. Dari sisi produksi, pada tahun 2021 produksi nikel Indonesia mencapai 1 juta ton atau tertinggi di dunia.
“Permintaan olahan nikel global diperkirakan mencapai 3,2 juta ton di tahun 2024, didorong oleh upaya pengurangan emisi melalui transisi energi yang lebih ramah lingkungan,” kata Josua.
Sejalan dengan hal tersebut, lanjutnya produksi pertambangan nikel dunia diprakirakan mencapai 3,4 juta ton di tahun 2024. Adapun industri pengolahan nikel Indonesia diperkirakan menyumbang 1,4 juta ton lebih dari 40% produksi global.

Sepanjang periode 2017 s.d. Triwulan I 2022, ungkap Josua, kontribusi Sulampua terhadap PMA Logam Dasar dan Barang Logam mencapai 80,8 persen atau US$ 22,1 miliar. Dari sisi PMDN, kontribusi Sulampua terhadap nasional mencapai 15,4% atau Rp 9,4 triliun.
“Sejalan dengan investasi yang dilakukan, industri pengolahan Maluku Utara tumbuh signifikan. Struktur ekonomi pun berubah dari sebelumnya didominasi oleh Pertanian dan Pertambangan menjadi industri pengolahan yang mengolah hasil tambang bijih mineral,” tukasnya.
“Peralihan dari sektor pertanian ke sektor industri pengolahan juga terlihat dari proporsi tenaga kerja sektor industri pengolahan yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Peralihan tenaga kerja yang menghasilkan output yang lebih tinggi juga mendorong produktivitas tenaga kerja serta jumlah pekerja di Malut,” sambung Josua.
Namun, kata dia, pertumbuhan ekonomi yang salah satunya didorong oleh industri hilirisasi nikel ini tidak bisa dilepaskan dari komitmen operasional tambang dan hilirisasi yang berkelanjutan dengan berperan aktif dalam perlindungan lingkungan.
“Hal ini tidak luput dari perhatian Harita Nickel sebagai korporasi hilirisasi nikel di Maluku Utara yang terus berusaha menyeimbangkan kegiatan operasional berkelanjutan dan komitmen penuh dalam pengelolaan lingkungan,” tukasnya.
Teknologi HPAL
Josua menambahkan, bahwa di Maluku Utara, Harita Nickel berhasil melakukan hilirisasi nikel dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leach) yang mampu memproduksi bahan baku untuk baterai mobil listrik.
“Jadi industri ini harus didukung dan didorong. Ini bisa menjadi pusat perekonomian nasional, dan pertumbuhan ekonomi dari hilirisasi nikel berkontribusi mengurangi tingkat pengangguran di Maluku Utara yang prosentasenya lebih rendah dari rata-rata nasional,” tambah Josua.
Lebih jauh ia mengatakan, hilirisasi nikel akan memberikan dampak ekonomi bagi warga lokal karena akan membuka peluang rantai pasok bagi industri yang pada gilirannya akan mendorong perbaikan kesejahteraan Maluku Utara.
“Industri nikel ini dampak rambatannya terhadap sektor lain juga sangat banyak. tidak hanya membuka lapangan kerja, namun juga peluang usaha. Di tengah pandemi, jumlah orang bekerja di Maluku Utara terus meningkat. Kenapa? Karena adanya hilirisasi nikel,” ujar Josua.
Dijelaskan, bahwa kebijakan pemerintah dalam mendukung hilirasi nikel juga telah membuka peluang Indonesia untuk masuk sebagai penyedia pasokan pasar global.
“Kalau tidak ada hilirisasi nikel, potensi yang sangat besar ini tidak ada yang melakukan. Kalau tidak ada pelarangan ekspor bijih nikel, kita hanya dikeruk saja. Sekarang, kita bisa berandai-andai, jika Tiongkok, Korea, Tesla, memakai teknologi dari Maluku Utara. Potensi Maluku Utara ini bisa terus berkembang, jadi rantai, jadi penyuplai, untuk industri mobil listrik global. Ini yang harus didukung bersama,” tutup Josua.(Ert/SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.