

BPS Sebut Ekspor Sektor Tambang Moncer, Tapi Sektor Migas Jeblok
ENERGI October 15, 2019 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
Kinerja ekspor sektor pertambangan dan pertanian pada bulan September 2019 kemarin positif. Tercatat ekspor sektor pertambangan meningkat 13,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month / mtom) menjadi USD2,06 miliar. Sementara sektor pertanian ekspornya meningkat tipis 5,27 persen mtom menjadi USD0,36 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan meski ekspor sektor pertambangan meningkat secara bulanan, namun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018 (year on year / yoy) ekspornya turun 14,82 persen. Hanya sektor pertanian saja yang kinerja ekspornya tetap positif bail secara bulanan ataupun tahunan yaitu sebesar 12,24 persen yoy.
“Untuk sektor pertanian mtom atau yoy mengalami peningkatan. Dibandingkan Agustus 2019 nilai ekspor meningkat 5,27 persen. Yang naik ekspornya adalah buah – buahan tahunan, tembakau, tanaman obat aromatik dan rempah rempah serta sayuran,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya saat konferensi pers, Selasa (15/10).
Sementara itu untuk kinerja ekspor minyak dan gas (migas) dan industri pengolahan sama – sama jeblok baik secara bulanan ataupun tahunan. Tercatat secara bulanan ekspor produk migas melemah 5,17 persen dan secara tahunan turun 37,13 persen menjadi USD0,83 miliar. Kemudian untuk sektor industri pengolahan ekspornya turun 3,51 persen (mtom) dan turun 0,44 persen (yoy).
Dari catatan itu, ekspor di bulan September 2019 yang mencapai USD14,10 miliar, share terbesarnya masih dari kelompok non migas yang mencapai 94,11 persen. Secara rinci, lanjut Suhariyanto, share sektor industri sebesar 76,95 persen, sektor tambang sebesar 14,64 persen, sektor migas 5,89 persen dan sektor pertanian sebesar 2,52 persen.
“Situasi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian, perang dagang juga masih berlangsung kadang- kadang adem kemudian anget lagi dan tidak berketentuan. Lalu harga ICP di dunia naik menjadi USD60,84 per barel pada September 2019. Itu semua berpengaruh pada nilai ekspor impor kita,” ulas Suhariyanto.
Kemudian, secara kumulatif ekspor yang mencapai USD124,17 miliar pada Januari – September 2019, share terbesarnya adalah dari produk bahan bakar mineral sebesar 14,66 persen atau setara USD16,81 miliar. Kemudian produk – produk lemak dan minyak hewan / nabati sebesar 10,81 persen atau setara USD12,40 miliar.
Menurut sektor, secara kumulatif sektor pertanian menjadi satu-satunya yang tumbuh positif yaitu 2,88 persen menjadi USD2,57 miliar jika dibandingkan tahun 2018. Hanya saja kontribusi terhadap total ekspor adalah yang terkecil yaitu 2,07 persen. Sementara untuk ekspor produk migas ekspornya anjlok paling dalam yaitu 25,27 persen dari USD12,61 miliar menjadi USD9,42 miliar.
Sedangkan untuk ekspor produk industri pengolahan turun 3,89 persen dari USD97,56 miliar menjadi USD93,76 miliar. Kemudian sektor tambang dan lainnya kinerja ekspornya turun 17,41 persen dari USD22,30 miliar menjadi USD18,42 miliar.
“Ekspor kumulatif kita turun karena kita dihadapkan pada persoalan bahwa negara tujuan utama Indonesia seperti Tiongkok, Amerika Serikat sedang mengalami perlambtan ekonomi sehingga permintaan berkurang ditambah lagi dengan harga komoditas yang berfluktuasi,” pungkas Suhariyanto. (DIN/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.