Logo SitusEnergi
BPS Apresiasi Kementerian ESDM yang Atur Harga BBM Non Subsidi BPS Apresiasi Kementerian ESDM yang Atur Harga BBM Non Subsidi
Jakarta, situsenergy.com Badan Pusat Statistik (BPS) mengapresiasi langkah yang diambil oleh Kementerian ESDM terkait pengendalian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi seperti Pertalite... BPS Apresiasi Kementerian ESDM yang Atur Harga BBM Non Subsidi

Jakarta, situsenergy.com

Badan Pusat Statistik (BPS) mengapresiasi langkah yang diambil oleh Kementerian ESDM terkait pengendalian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi seperti Pertalite dan Pertamax CS. Pasalnya, harga BBM merupakan salah satu komponen yang memiliki bobot cukup tinggi yang sangat mempengaruhi tingkat inflasi.

Deputi Bidang Statistik Dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, komponen pengeluaran BBM sendiri memiliki bobot diatas 3 persen atau cukup tinggi, bahkan setara dengan komponen bahan pokok lainnya seperti beras dan komoditas utama konsumsi rumah tangga lainnya.

Menurutnya, dengan terkendalinya harga BBM, khususnya BBM non subsidi yang baru saja diatur oleh Kementerian ESDM, maka hal itu dipercaya akan sangat membantu menjaga tingkat inflasi bulanan maupun tahunan.

“BBM sangat mempengaruhi, contohnya (inflasi) di bulan April ini, sangat terpengaruh oleh kenaikan harga Pertalite yang lalu. Untung yang Pertamax dan Pertamax Turbo tidak naik,” kata Yunita usai press confference rilis inflasi bulanan di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (2/5).

Dia menjelaskan, dari bobot sekitar 3 persen terhadap komponen perhitungan inflasi, Pertalite saat ini memegang kendali dibandingkan dengan Premium yang jumlah konsumsinya saat ini sudah menurun.

BACA JUGA   Trilema Energi Indonesia: Jalan Tiga Simpang dan Sebatang Lilin yang Merana

“BBM itu kan Bensin, yang terdiri dari Premium, Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo. Komposisi didalam penghitungan IHK (Indeks Harga Konsumen) memang kalau saat ini didominasi oleh Pertalite, sekitar 43 persen, Premium sekitar 32 persen sekarang ini, lalu Pertamax sekitar 23 persen dan sisanya Pertamax Turbo. Ini secara Nasional,” jelasnya.

Yunita optimistis, dengan telah dikeluarkannya Permen ESDM tentang pengendalian harga bensin, serta ditambah harga komoditas pangan yang juga cenderung terkendali, meski di satu sisi terjadi depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS, maka untuk tingkat inflasi bulan puasa hingga Lebaran diprediksi relatif aman dan terkendali.

“Apalagi Lebaran jatuhnya di pertengahan bulan, yaitu pertengahan Juni, puasanya juga di pertengahan Mei. Ini akan terbantu dari sisi penghitungan inflasi. Karena inflasinya akan terbagi dua, di bulan Mei dan di bulan Juni, jadi inflasi Lebaran nanti Insya Allah relatif aman. Kecuali kalau jatuhnya di awal bulan atau akhir bulan, ini tentu inflasi akan tinggi sekali di satu bulan,” pungkasnya. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *