Logo SitusEnergi
Berdampak Pada Perekonomian Negara, Anggota DPR: Dorong Terus Produksi Migas Berdampak Pada Perekonomian Negara, Anggota DPR: Dorong Terus Produksi Migas
Jakarta, Situsenergi.com Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengatakan, bahwa produksi minyak dan gas (migas) harus terus didorong meskipun ada anggapan migas sudah habis masanya.... Berdampak Pada Perekonomian Negara, Anggota DPR: Dorong Terus Produksi Migas

Jakarta, Situsenergi.com

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengatakan, bahwa produksi minyak dan gas (migas) harus terus didorong meskipun ada anggapan migas sudah habis masanya. Pasalnya, pada kenyataannya migas berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Apalagi di tengah kondisi sekarang saat harga minyak tinggi, negara juga menikmati keuntungan tersebut.

Hal ini disampaikannya pada webinar yang diselenggarakan Reforminer Institute bertajuk “Kebijakan Insentif untuk Mendukung Peran Penting Industri Hulu Migas dalam Transisi Energi dan Perekonomian Indonesia,” di Jakarta, Rabu (15/6/2022).

“Akhir-akhir ini dengan harga minyak naik sudah tentu hilir tertekan, hulu ini menambah suasana kondusif. Harga naik, investasi diharapkan naik, harganya naik. Dugaan ini terkonfirmasi PT Pertamina di hulu makin bagus. Bu Sri Mulyani (Menkeu) mengakui migas berikan tambahan cukup besar baik PNBP maupun pajak ke pendapatan negara,” jelasnya.

DPR, menurut Mulyanto, bahkan mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam mengejar target lifting migas sebesar satu juta barel per hari (bph) dan 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd). Salah satunya dengan menjadikan target tersebut dituangkan dalam regulasi yang jelas.

BACA JUGA   PHE Pastikan Ketahanan Energi Nasional Aman Selama Libur Lebaran

“Target satu juta bph itu jadikan peraturan presiden (perpres) atau instruksi presiden (inpres). Kalau ada itu, dorongan kuat dari sisi keuangan,” ujar dia.

Sementara itu, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya W.Yudha yang juga hadir pada kesempatan itu menuturkan, transisi energi perlu dilakukan secara bertahap. Hal itu otomatis membuat hulu migas masih sangat diperlukan.

“Cara tepat dalam pengembangan energi fosil atau migas adalah dengan memperhatikan keseimbangan pengembangan hulu migas dengan penurunan emisi melalui penggunaan energi. Teman-teman di industri migas tidak usah khawatir dengan kehadiran EBT, kita masih gunakan fosil, tapi dengan teknologi bersih,” paparnya.

Ditgaskan, DEN terus mendorong perbaikan iklim investasi migas agar investor betah berinvestasi di Indonesia dengan memonetisasi dari lapangan yang ada. DEN juga mewanti-wanti agar produksi migas jangan terus turun.

“Karena berdasarkan skenario yang telah disusun oleh DEN, gas menjadi backbone dalam strategi transisi energi di Indonesia.
Migas masih jadi andalan sampai EBT siap mengambil sehingga tren migas ke depan bisa menuju energi lebih bersih,” ungkap Satya.

BACA JUGA   Tantangan Global Gak Bikin Ciut, Ini Cara Pertamina Jaga Energi Nasional

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris SKK Migas Taslim Z Yunus mengungkapkan, dalam outlook kebutuhan energi Indonesia menunjukkan bahwa masih ada ruang bagi industri migas untuk terus tumbuh.

Apalagi pemerintah telah memberikan beberapa insentif kepada beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Target kami pada 2030 produksi minyak mencapai 1 juta BOPD dan gas 12 Bscfd,” katanya.

Sedangkan, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menyatakan bahwa semua pihak sudah sepakat bahwa industri hulu migas masih sangat penting dan kini tinggal bagaimana mengelolanya secara bijaksana.

Menurutnya, Indonesia harus belajar dari beberapa negara seperti Brazil, Australia, dan Kanada yang memberikan insentif kepada operator sehingga produksi migas di ketiga negara tersebut ikut meningkat.

“Pada gilirannya hal ini juga akan meningkatkan penerimaan negara dari sektor tersebut,” ucapnya.

Lebih jauh ia mengatakan, kajian yang dilakukan Reforminer Institute memperlihatkan bahwa dari 185 sektor industri di Indonesia, sekitar 145 sektor atau 70-80 persen memiliki keterkaitan dengan sektor hulu migas.

“Indeks multiplier effect mencapai 39. Jadi, setiap investasi migas memberikan dampak 3,9 kali dalam perekonomian kita,” katanya.

BACA JUGA   Bukan Wacana! Elnusa Buktikan Aksi Nyata Turunkan Emisi Karbon

Menurut dia, sektor hulu migas masih berperan penting bagi perekonomian nasional kendati ada transisi energi melalui pengembangan energi baru dan terbarukan.

“Apalagi, banyak produk derivatif yang dihasilkan dari minyak dan gas. Kalau mau melangkah ke transisi energi tentu banyak hal detail perlu bijak dalam melihatnya,” pungkasnya.(ERT/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *