Logo SitusEnergi
Begini Cara Schneider Electric Wujudkan Bangunan Zero Karbon Begini Cara Schneider Electric Wujudkan Bangunan Zero Karbon
Jakarta, Situsenergi.com Perusahaan pengelolaan energi dan otomasi Schneider Electric mengatakan sejumlah tahapan penting dalam mewujudkan bangunan zero karbon untuk mendukung program pemerintah dalam pencapaian... Begini Cara Schneider Electric Wujudkan Bangunan Zero Karbon

Jakarta, Situsenergi.com

Perusahaan pengelolaan energi dan otomasi Schneider Electric mengatakan sejumlah tahapan penting dalam mewujudkan bangunan zero karbon untuk mendukung program pemerintah dalam pencapaian target nol emisi atau nett zero emission pada 2060.

Hal ini dikatakan Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (07/8/2023).

Selain itu, dalam upaya menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030, dari sebelumnya 29 persen,” katanya.

Komitmen ini, kata dia, perlu didukung dengan upaya yang masif. Salah satunya dengan mendekarbonisasi bangunan karena bangunan menyumbang 37 persen dari emisi karbon global.

“Saat ini, proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat menciptakan bangunan zero carbon,” ungkapnya.

Namun menurut dia, hal yang juga harus menjadi fokus perhatian bersama adalah bagaimana mentransformasi bangunan lama agar lebih efisien dan rendah karbon.

“Karena sekitar 50 persen bangunan yang ada saat ini masih akan digunakan pada 2050, dimana sebagian besar organisasi menargetkan untuk mencapai net-zero carbon,” ujarnya.

Terkait hal itu, Roberto menyebutkan, tiga tahapan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan bangunan yang rendah karbon yakni mencakup Strategize, Digitize dan Decarbonize.

“Strategize merupakan fondasi dasar dalam mendefinisikan kesuksesan dan menciptakan roadmap menuju target emisi nol bersih,” jelasnya.

“Sedangkan Digitize merupakan langkah penting berikutnya, lanjutrnya, perusahaan memerlukan visibilitas yang berkelanjutan atas konsumsi energi dan emisi karbon untuk memperkirakan dan memvalidasi dampak dari upaya pengurangan karbonnya, mengidentifikasi anomali kinerja dan memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan dekarbonisasinya,” papar Roberto.

Sementara tahapan ketiga yakni decarbonize, punya dua tahapan pertama digunakan untuk mempelajari dan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan. Tahapan ketiga ini merupakan tindakan nyata yang diambil untuk efisiensi dan ketahanan sumber daya, dan meningkatkan keuntungan bisnis.

“Ketiga tahapan ini menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan untuk menghasilkan dampak yang maksimal,” katanya.(Ert/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *