Home Uncategorized Bangun Pabrik Nikel Kelas Satu, Antam Jajaki Kerjasama dengan Dua Perusahaan Global
Uncategorized

Bangun Pabrik Nikel Kelas Satu, Antam Jajaki Kerjasama dengan Dua Perusahaan Global

Share
Share

Jakarta, Situsenergi.com

PT Aneka Tambang (Antam) bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Maret lalu telah menandatangani dua perjanjian awal dengan perusahaan Ningbo Contemporary Brunp Lygen (CBL) asal China dan LG Corporations asal Korea Selatan.

Direktur Utama PT Antam Nico Kanter mengatakan, kedua perusahaan asing itu adalah konsorsium yang mengikutsertakan tidak hanya ahli membangun pabrik, tetapi juga katoda dan baterai kendaraan listrik.

Dalam konsorsium itu, kata Nico, posisi Antam berada di sektor hulu lantaran memiliki ekuitas terbesar dan sumber daya alam berupa nikel. Antam akan menandatangani kontrak usaha patungan atau joint venture agreement (JVA) dengan CBL.

“Kami sebagai pemilik resource tentunya memiliki ekuitas terbesar. Jadi, nanti di dalam JVA, kami memiliki 51 persen dan CBL ataupun LG akan memiliki 49 persen,” ujar Nico dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (12/9/2022).

Kemudian, setelah hulu akan masuk ke pembangunan smelter untuk menghasilkan produk turunan yang akan diolah menjadi katoda dan prekursor.

“Di dalam kontrak usaha patungan smelter itu, komposisi kepemilikan Antam dan IBC hanya 40 persen dan sisanya 60 persen dimiliki oleh CBL maupun LG,” ujarnya.

CBL membangun pabriknya di wilayah Halmahera Timur, Maluku Utara, begitu juga dengan LG hanya daerah saja yang berbeda. Adapun pabrik turunan berikutnya mereka canangkan di Batang, Jawa Tengah.

“Kami akan masuk ke dalam industri baterai kendaraan listrik, jadi tidak lagi hanya di stainless steel untuk turunan terakhirnya,” kata Nico.

Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa
penjajakan kerja sama global dengan sejumlah perusahaan asing tersebut untuk membangun pabrik nikel kelas satu sebagai bahan utama baterai kendaraan listrik.

“Kami (Antam dan IBC) berada di bawah naungan Inalum atau MIND ID menandatangani framework agreement yang akan menjadi dasar bukan hanya pembangunan smelter, tapi juga turunan katoda prekursor dan baterai sampai daur ulang baterai juga dibangun di Indonesia,” papar Nico.

Ia menambahkan, bahwa nikel memiliki dua jenis, yaitu nikel kelas satu yang dimanfaatkan untuk baterai kendaraan listrik dan nikel kelas dua yang digunakan untuk produk stainless steel.

“Pabrik-pabrik di Indonesia termasuk yang ada di Sulawesi Tenggara selama ini hanya mengolah nikel kelas dua menjadi nickel pig iron atau feronikel yang kemudian diturunkan menjadi stainless steel,” jelasnya.

Sementara itu, nikel kelas satu adalah nikel yang diproduksikan menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulphide precipitate (MSP) berupa bahan-bahan yang digunakan untuk menjadi prekursor atau katoda yang akhirnya menjadi baterai kendaraan listrik.

“Jadi (nikel) kelas satu ini memang belum ada pabriknya di Indonesia, tapi kami sudah menandatangani beberapa perjanjian kerja sama untuk bangun smelter prekursor dan juga baterai,” pungkasnya.(Ert/SL)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Pertamina Pamer Aksi Iklim di COP30 Brazil, Kolaborasi Global Kian Solid

Jakarta, situsenergi.com Pertamina memanfaatkan COP30 di Brazil untuk memperkuat kolaborasi global dalam...

Pertamina SEHATI Gaspol Tekan Stunting, Dampaknya Mulai Terlihat Nyata

Jakarta, situsenergi.com Upaya menekan stunting kini makin masif, dan Pertamina ikut tancap...

Pertamina Tancap Gas Garap Multistage Fracturing Pertama di Indonesia, Targetkan Lompatan Produksi Migas

Jakarta, situsenergi.com Pertamina kembali menggebrak industri migas lewat penerapan teknologi Multistage Fracturing...

MyPertamina Tebar Hadiah Periode 3 Pecah! 1 Paket Haji Furoda hingga Honda HR-V Jadi Rebutan

Jakarta, situsenergi.com Pertamina Patra Niaga kembali memanjakan pelanggan lewat program MyPertamina Tebar...